ZONA PRIANGAN - Facebook menahan diri dari melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk menghentikan pengguna dari radikalisasi dan misinformasi pemilu AS membanjiri jaringan sosial, menurut laporan media pada Jumat.
Sejumlah outlet berita AS mengutip dokumen dari mantan pekerja Facebook Frances Haugen, menambah serangkaian pengungkapan kritis yang sudah diterbitkan berdasarkan informasi yang dia berikan.
Artikel di New York Times, Washington Post, dan di tempat lain pada Jumat berfokus pada bagaimana Facebook tampaknya mengintensifkan perpecahan politik.
Baca Juga: Didepak Facebook dan Twitter, Donald Trump Luncurkan Platform Media Sosial Bernama TRUTH Social
Contohnya termasuk temuan internal bahwa 10 persen konten politik yang dilihat oleh pengguna di AS pada hari-hari setelah pemilihan mengabadikan kebohongan bahwa pemungutan suara telah dicurangi.
Apa yang kemudian dikenal sebagai "Kebohongan Besar" telah diulang tanpa henti oleh mantan Presiden Donald Trump dan membuat marah para pendukungnya, yang menyerbu Ibu Kota AS dalam serangan mematikan pada 6 Januari.
Facebook, Twitter, dan platform media sosial lainnya melarang Trump dari platform mereka karena mendorong upaya kekerasan untuk menggagalkan proses demokrasi.
Laporan yang diterbitkan pada Jumat menunjukkan bahwa sebetulnya Facebook mampu untuk mengantisipasi masalah seperti itu.