"Botol PET bisa diurai menjadi benang kembali kemudian dirajut menjadi bahan material yang bisa diolah menjadi produk tas," jelasnya.
Ecosavier 45 dirancang untuk menawarkan solusi atas masalah lingkungan sekaligus untuk membangun kesadaran akan masalah sampah dan lingkungan.
Baca Juga: Wajib Kuasai 4 Kemampuan Ini, Jurnalis Dijamin Selamat Saat Peliputan di Alam Bebas
"Pemilihan bahan daur ulang merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan sampah menjadi produk yang bernilai dan fungsional. Produk ini juga dilengkapi dengan kantong sampah yang dapat dilepas," ungkapnya.
Menurut Oki Lutfi, tas ransel Ecosavier 45 memiliki fitur berupa frame tas yang ditopang dengan bambu. Bambu tersebut, jelas Oki, adalah bambu petung yang diperoleh dari hasil kerja sama dengan UMKM di Temanggung, Jawa Tengah.
"Dengan bahan baku kurang lebih sebanyak 50 botol plastik PET 500ml yang diolah dan didaur ulang untuk membuat material kain dan aksesoris buckle, menjadikannya lebih ramah lingkungan," ujarnya.
Dalam acara yang diikuti 41 peserta yang merupakan pemimpin redaksi dari jaringan media area Bodebek dan Jawa Barat dibawah naungan Pikiran Rakyat Media Network (PRMN), Oki Lutfi menjelaskan, tas berkapasitas 45 liter yang mengusung konsep produk eco dan sustainability itu, frame bambunya pun diklaim sebagai material alam yang sustainable sehingga memberikan kenyamanan saat membawa beban.
"Konsep ramah lingkungan yang diusung oleh tas ini berhasil memenangkan penghargaan desain dari Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2020, dan masuk dalam Best 3 di kategori Design Concept," jelas Oki.
Proses sustainability itu sendiri menurut Oki masih panjang dan banyak yang belum menggarap, dan di 2025 diharapkan 35 persen produk sudah sustainability.