ZONA PRIANGAN - Lebih dari 3.000 tentara dan polisi wanita Afghanistan yang dilatih oleh AS dan Inggris menghadapi risiko penyiksaan, penjara, dan kematian. Sementara, kurang dari 20 orang diyakini telah dievakuasi setelah Taliban merebut kekuasaan.
Dan sekarang seorang letnan kolonel Inggris, yang membantu melatih polisi wanita pada puncak konflik pada 2010, khawatir ratusan orang telah dibunuh atau dipenjarakan oleh Taliban.
Dia mengatakan kepada Sunday People: “Saya berhubungan dengan sekitar 20 wanita - tetapi dalam tiga hari setelah Taliban mengambil alih, komunikasi terputus. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Ini menakutkan, saya merasa malu karena kami secara efektif meninggalkan mereka. Orang-orang Afghanistan memercayai kami.”
Kol Phil Ingram, mantan Intelijen Angkatan Darat, mengatakan: “Banyak dari Taliban, adalah mantan Angkatan Darat Afghanistan, dilatih oleh Inggris dan Amerika.
"Mereka akan tahu siapa wanita yang bekerja dengan mereka. Mereka kemungkinan akan dicari dan disiksa sebelum dieksekusi," katanya, seperti dikutip ZonaPriangan dari Mirror.co.uk, 2 Oktober 2021.
"Ancaman terhadap wanita pemberani ini seharusnya jelas bagi intelijen militer," imbuhnya.
Lord Richards dari Herstmonceux, mantan Kepala Staf Pertahanan, menambahkan: “Tekanan harus terus diberikan kepada pemerintah untuk menghormati komitmennya terhadap warga Afghanistan yang pemberani.”
Pemerintah mengatakan telah mengevakuasi 15.000 dan menambahkan sekutu Inggris: "Kami akan terus bekerja dengan mitra internasional untuk memastikan mereka memiliki jalan keluar yang aman."
Sebuah tim sepak bola putri yang melarikan diri dari Taliban juga memohon kepada pemerintah Inggris untuk memberi mereka suaka sebelum visa sementara mereka ke Pakistan habis minggu depan.***