Jurnalis China yang Dipenjara Karena Liputan Corona Wuhan Kemungkinan Tidak Selamat

6 November 2021, 07:35 WIB
Jurnalis China yang dipenjara karena liputan corona Wuhan kemungkinan tidak selamat. /Reuters

ZONA PRIANGAN - Seorang jurnalis yang dipenjara karena liputannya tentang tanggapan awal China terhadap corona di Wuhan hampir meninggal setelah melakukan mogok makan, kata pihak keluarganya, mendorong seruan baru dari kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk segera membebaskannya.

Zhang Zhan, wanita berusia 38 tahun, seorang mantan pengacara, melakukan perjalanan ke Wuhan pada Februari 2020 untuk melaporkan kekacauan di pusat pandemi, mempertanyakan penanganan pihak berwenang terhadap wabah dalam video ponsel cerdasnya.

Dia ditahan pada Mei 2020 dan pada Desember telah dijatuhi hukuman empat tahun penjara karena dinilai telah menimbulkan pertentangan dan memprovokasi masalah, tuduhan yang biasa digunakan oleh pemerintah China untuk menekan pihak-pihak yang berseberangan dengan pemerintah.

Baca Juga: 'Ikatan Cinta' Sabtu 6 November 2021: Bu Rosa Tak Tinggal Diam, Ambil Tindakan setelah Mencium Kebusukan Irvan

Saat ini, kondisi Zhang sangat kurus dan kemungkinan hidupnya tidak akan lama lagi, saudaranya Zhang Ju mentweet pada pekan lalu di akun Twitternya yang diverifikasi oleh orang-orang yang dekat dengan masalah tersebut.

Zhang telah melakukan mogok makan dan dicekok secara paksa untuk makan melalui selang yang dipasang pada hidungnya.

"Dia mungkin tidak akan selamat dari musim dingin yang akan datang," tulis Zhang Ju, menambahkan bahwa dia telah mendesak saudara perempuannya itu melalui suratnya untuk menjaga dirinya sendiri, dikutip ZonaPriangan.com dari NDTV, Jumat 5 November 2021.

Baca Juga: Tyson Fury Membawa Dua Wanita Penggemarnya ke Pesta Minuman Keras setelah Mereka Memintanya untuk Selfie

"Dalam hatinya, sepertinya hanya ada Tuhan dan keyakinannya, tanpa peduli dengan hal lain," tambahnya.

Postingan Zhang Ju memicu seruan baru untuk pembebasan saudara perempuannya, Amnesti International mendesak pemerintah China pada Kamis untuk segera membebaskannya sehingga dia dapat mengakhiri mogok makannya dan menerima perawatan medis yang tepat, yang sangat dia butuhkan.

Sementara juru kampanye Amnesty International Gwen Lee mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penahanan Zhang adalah serangan yang memalukan terhadap hak asasi manusia.

Baca Juga: Hadiah Nobel Perdamaian Diberikan Kepada Jurnalis Maria Ressa dan Dmitry Muratov

Kementerian luar negeri China pada Jumat, 5 November tidak mengomentari kondisi Zhang, tetapi menolak seruan dari kelompok hak asasi untuk pembebasannya sebagai manipulasi politik anti-China.

"China adalah negara dengan aturan hukum," kata juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin pada konferensi pers reguler.

"Siapa pun yang melanggar hukum harus dihukum sesuai dengan hukum," tambahnya.

Sekarang, Zhang tidak bisa berjalan, bahkan sekadar mengangkat kepalanya pun harus dibantu.

Baca Juga: Para Jurnalis Afghanistan Menghadapi Risiko Menakutkan karena Mengungkap Kejahatan Perang

Kepala Biro Reporters without Borders (RSF) untuk wilayah Asia Timur, Cedric Alviani mengatakan bahwa komunitas internasional harus memberikan tekanan terhadap rezim China dan segera membebaskan Zhang Zhan sebelum terlambat.

"Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai repoter dan seharusnya tidak ditahan, apalagi menerima hukuman penjara empat tahun," kata Cedric Alviani.

Baca Juga: Rocky Gerung: Saat ini Ada Perseteruan di Lingkaran Istana Terkait Terbongkarnya Bisnis PCR

Pemerintah China telah menggunakan narasi dengan memuji Partai Komunis yang telah sukses dalam penanganan corona, bahkan mereka dapat mengembalikan kehidupan hampir normal ketika jumlah kematian dan infeksi terus meledak di seluruh dunia.

Tapi mereka yang mengancam versi resmi dengan mengajukan pertanyaan tentang penutupan awal pemerintah dan penanganan wabah Wuhan menghadapi kemarahan partai.

Zhang termasuk diantara empat jurnalis warga yang ditangkap pemerintah China, termasuk Chen Qiushi, Fang Bin dan Li Zehua, yang ditahan setelah melaporkan dari Wuhan.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: NDTV

Tags

Terkini

Terpopuler