ZONA PRIANGAN - Wilayah Donbas menjadi fokus serangan pasukan Rusia setelah agresi mereka ke Ukraina yang telah berlangsung selama tiga bulan itu. Mereka mengancam untuk menutup rute pelarian utama yang terakhir bagi warga sipil yang terjebak di arena pertempuran.
Rusia berusaha mengambil kendali sepenuhnya atas Donbas, setelah mereka gagal merebut ibu kota Ukraina, Kyiv atau kota kedua Kharkiv, yang terdiri dari dua provinsi timur yang diklaim Moskow atas nama separatis.
Dalam upaya pengepungan pasukan Ukraina yang bertahan di Kota Sievierodonetsk dan kembarannya Lysychansk, Rusia mengerahkan ribuan tentaranya ke wilayah tersebut dengan menyerang dari tiga sisi.
Baca Juga: Rusia Menggelar Latihan Rudal Nuklir Besar-besaran, Menebar Ancaman Mengerikan ke Barat
Implikasinya, kejatuhan dua kota tersebut akan menjadikan seluruh provinsi Luhansk berada di bawah kendali Rusia, tujuan utama perang yang dilancarkan oleh Kremlin.
Kepolisian Lysychansk mengumpulkan mayat dari orang-orang yang terbunuh guna dikuburkan secara massal, demikian menurut gubernur Luhansk Serhiy Gaidai. Sebanyak 150 jenazah telah dimakamkan di kuburan massal di salah satu distrik di Lysychansk, tambahnya.
"Tentara Rusia mengalami beberapa keberhasilan taktis yang mengancam akan menjadi keberhasilan operasional ke arah Lysychansk dan Sievierodonetsk," kata Oleksiy Arestovych, seorang penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.
"Sievierodonetsk dan Bakhmut, sebuah kota di tenggara, berada dalam bahaya dikepung," tambahnya.
"(Mungkin) pemukiman akan ditinggalkan, ada kemungkinan kita akan mengalami kerugian besar," jelasnya.
Sementara Presiden Vladimir Putin menandatangani dektrit yang menyederhanakan proses bagi penduduk distrik yang baru direbut untuk memperoleh kewarganegaraan dan paspor Rusia, ketika Rusia berupaya memperkuat cengkeramannya di wilayah yang dikuasainya.
Sebuah rudal ditembakkan ke rel kerata api dan membentuk sebuah kawah serta merusak bangunan di dekatnya di Pokrovsk. Kota Donbas yang dikuasai Ukraina telah menjadi pusat utama pasokan dan evakuasi.
Sedangkan Kramatorsk, yang letaknya dekat dengan garis depan, sebagoan besar jalan-jalan terlihat kosong dan si Sloviansk yang posisinya jauh ke arah barat, banyak penduduk yang mengambil keuntungan dari apa yang disebut oleh Ukraina sebagai jeda dalam serangan Rusia untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Lebih jauh ke wilayah utara, dua orang tewas dan tujuh orang terluka yang disebabkan penembakan artileri Rusia di Kota Balakliya di wilayah Kharkiv.
Rusia juga menargetkan wilayah selatan Ukraina, baku tembak di wilayah tersebut menyebabkan seorang warga sipil tewas dan merusak sejumlah rumah di Zaporozhzhia dan rudal telah menghancurkan fasilitas industri di Kryviy Rih.
Akibat dari blokade kapal-kapal dari wilayah selatan Ukraina yang biasa mengekspor biji-bijian dan minyak bunga matahari dari Ukraina melalui Laut Hitam, membuat harganya melambung di pasar global.
Situasi ini membuat wilayah Afrika menjadi terdampak, Uni Afrika mendesak kedua negara pada hari Rabu untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dan pupuk guna menghindari bencana kelaparan yang semakin meluas.
Baca Juga: Hindari Laut jika Terlihat Gelombang Membentuk Kotak-kotak, Ini Penjelasannya
Tapi, Rusia menyudutkan Barat atas terjadinya krisis pangan sebagai dampak atas sanksi Barat terhadap mereka. Pada Rabu, Rusia siap menyediakan koridor kemanusiaan bagi kapal yang mengangkut bahan pangan untuk meninggalkan Ukraina, tapi sebagai imbalannya pencabutan sanksi Barat terhadap Rusia.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuding Moskow telah menggunakan taktik "pemerasan" guna mengamankan pelonggaran sanksi.
Seorang pejabat senior PBB akan mengunjungi Moskow dalam beberapa hari mendatang untuk membahas menghidupkan kembali ekspor pupuk.***