ZONA PRIANGAN - Vaksin virus corona keluaran Rusia yaitu Sputnik V diklaim memiliki tingkat kemanjuran atau efikasi hingga 91,6 persen untuk melawan gejala virus corona atau COVID-19, demikian menurut laporan yang diterbitkan The Lancet pada Selasa, 2 Februari 2021.
Nama vaksinnya sendiri adalah Sputnik V, terinspirasi dari nama satelit di era Uni Soviet - telah disetujui di Rusia, hanya berselang beberapa bulan sebelum dikeluarkannya hasil uji klinis tahap akhir, yang menyebabkan keraguan karena kurangnya bukti empiris dari para ilmuwan.
Tapi akhirnya keraguan itu dapat ditepis, setelah keluarnya analisis data terbaru yang melibatkan 20.000 sukarelawan di Tahap 3, hasilnya menunjukkan vaksinasi dua dosis menawarkan efikasi lebih dari 90 persen untuk mengatasi gejala virus corona.
Baca Juga: 'Ikatan Cinta' Senin 18 Juli 2022: Tangis Andin Pecah Saat Reyna Pulang dan Bersimpuh Meminta Maaf
"Pembuatan vaksin Sputnik V telah dikritik karena terburu-buru dan tidak adanya keterbukaan," kata juru bicara Lancet yakni Ian Jones dari University of Reading dan Polly Roy dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, seperti dikutip ZonaPriangan.com dari NDTV.
"Akan tetapi menurut laporan sudah jelas dan prinsip ilmiah vaksinasi bisa dibuktikan, yang berarti vaksin [Sputnik V] dapat digunakan seperti halnya vaksin lainnya dalam upaya untuk mengurangi insiden virus corona," tambahnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sputnik V adalah salah satu vaksin dengan kinerja terbaik, bersama dengan Pfizer/BioNTech dan Moderna yang juga dilaporkan memiliki tingkat kemanjuran lebih dari 90 persen.
Baca Juga: Tragis, Mobil Pengantin Terjun ke Jurang, Mempelai Wanita Ada di Antara Empat Korban Tewas
Sebelum hasil uji coba fase 3, Rusia telah meluncurkan kampanye inokulasi massal untuk warga negara berusia 18 tahun ke atas.
Beberapa negara di dunia telah mendaftarkan Sputnik V, menurut Russian Direct Investment Fund yang membantu mengembangkan vaksin, termasuk Belarus, Venezuela, Bolivia dan Aljazair.
Pada Januari, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Jerman telah menawarkan dukungan kepada Rusia dalam pengembangan Sputnik V di Moskow, setelah pihak berwenang Rusia mengatakan mereka telah mengajukan permohonan pendaftaran di Uni Eropa.
Respon global
Percobaan ini melibatkan 14.964 sukarelawan dalam kelompok vaksin dan 4.902 dalam kelompok plasebo dua suntikan dengan selang waktu 21 hari.
Mereka yang mengambil bagian dalam ujicoba vaksin. Ketika mereka mendapat dosis kedua dan kemudian setelah itu, jika merasakan ada gejala maka harus melapor.
Dari dosis kedua, 16 kasus gejala virus corona dikonfirmasi pada kelompok vaksin dan 62 kasus dilaporkan pada kelompok plasebo, memberikan kemanjuran yang setara dengan 91,6 persen.
Para penulis mengatakan bahwa kemanjuran hanya dihitung pada kasus gejala dan penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk menilai bagaimana hal itu mempengaruhi penyakit asimtomatik.
Mereka menambahkan bahwa masa tindak lanjut adalah sekitar 48 hari sejak dosis pertama, jadi periode perlindungan penuh masih belum diketahui. Uji coba sedang berlangsung dan berencana merekrut total 40.000 orang.
Sputnik V menggunakan dua jenis adenovirus yang berbeda, virus yang menyebabkan flu biasa, sebagai vektor untuk memberikan dosis vaksin.
Pengembang mengatakan bahwa menggunakan vektor adenovirus yang berbeda untuk vaksinasi penguat meminimalkan risiko sistem kekebalan mengembangkan resistansi terhadap vektor awal, sehingga dapat membantu menciptakan respons yang lebih kuat.
Baca Juga: Ivana Trump Meninggal karena Cedera Akibat Benda Tumpul, Menurut Pemeriksa Medis NYC
Alexander Edwards, seorang Associate Professor dalam Biomedical Technology di University of Reading, mengatakan bahwa percobaan tersebut mungkin membantu memberikan bukti untuk teori respon imun ini.
"Pandemi berarti 'semua' - dan satu-satunya cara untuk mengatasi masalah global adalah dengan respons global - berbagi data, sains, teknologi, dan obat-obatan," katanya.
Vaksin ini memiliki keuntungan karena dapat disimpan pada suhu lemari es normal daripada pada kondisi yang jauh di bawah titik beku yang disyaratkan untuk beberapa vaksin lain.***