Hasil Penelitian Vladimir Putin: Rusia dan Ukraina Adalah 'Satu Orang', Georgia dan Moldova Sasaran Berikutnya

27 Agustus 2022, 18:21 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri upacara pembukaan forum teknis militer internasional Army-2022 di Patriot Congress and Exhibition Center di wilayah Moskow, Rusia 15 Agustus 2022.* /REUTERS/Maxim Shemetov/File Photo

ZONA PRIANGAN - Sebelum melakukan invasi, Vladimir Putin telah melakukan penelitian "Tentang Kesatuan Sejarah Rusia dan Ukraina".

Penelitian itu dilakukan pada tahun 2021, dengan Vladimir Putin menyimpulkan bahwa Rusia dan Ukraina adalah "satu orang".

Jika Vladimir Putin berhasil mewujudkan ambisinya di Ukraina maka negara-negara lain yang berbatasan dengan Rusia akan menjadi sasaran pencaplokan berikutnya.

Baca Juga: Dua Pejabat Rusia Menipu Ukraina, Dikira Tewas Padahal Selamat Sembunyi di Bunker dari Ledakan HIMARS

Negara-negara Baltik (Latvia, Estonia, dan Lituania) saat ini dilanda kecemasan invasi pasukan Kremlin, walau mereka bisa berlindung di NATO.

Lebih mengerikan, setelah pasukan Moskow menang di Ukraina, sasaran berikutnya bisa diarahkan ke Georgia dan Moldova.

Tina Khidasheli, seorang politisi di Georgia, mengatakan negara asalnya kemungkinan akan menjadi sasaran berikutnya jika pasukan Putin menang di Ukraina.

Baca Juga: Mengejutkan, Batalyon Dzhokhar Dudayev dan Batalyon Sheikh Mansur dari Chechnya Dukung Ukraina Melawan Rusia

Dalam sebuah artikel untuk Yayasan Friedrich Naumann, sebuah organisasi nirlaba liberal, Khidasheli mengatakan misi Rusia "tidak akan berhenti" di Ukraina.

Dia berkata: "Putin yang haus kekuasaan tidak akan berhenti setelah kemenangan di Ukraina. Georgia dan Moldova terlalu kecil untuk dia dan ambisinya."

"Jangkauan ini, seperti juga jelas dari ultimatum yang dikirim oleh Putin pada bulan Desember, sampai ke negara-negara anggota NATO Eropa Timur," ujarnya.

Baca Juga: Komandan Grup Wagner Tewas di Donbass, Jantungnya Terkena Serangan Drone Kamikaze Tentara Ukraina

Ultimatum menteri pertahanan wanita pertama Georgia yang dimaksud adalah yang dikeluarkan oleh Putin yang menyerukan diakhirinya aktivitas NATO di negara-negara Eropa Timur yang berbatasan dengan Rusia.

Aturan NATO menyatakan bahwa serangan terhadap satu negara anggota dianggap sebagai tindakan perang terhadap semua anggotanya.

Khidasheli melanjutkan: "Untuk Vladimir Putin, kegagalan dalam perang ini telah ditentukan. Dia akan menderita kekalahan baik hari ini di Ukraina, jika Barat menawarkan bantuan yang lebih aktif dan radikal, atau besok di wilayah NATO."

Baca Juga: 200 Pasukan Terjun Payung Rusia Tewas Terkena Ledakan HIMARS yang Ditembakkan Pejuang Kiev di Kadiivka

"Di mana atau berapa biaya kekalahan akan datang hanya di tangan NATO dan sekutu Ukraina dan Georgia," tambahnya yang dikutip Mirror.

Georgia juga memiliki ikatan budaya yang erat dengan Rusia dan merupakan bekas negara Uni Soviet.

Beberapa orang khawatir Putin akan menerapkan logika yang sama ke negara yang pertama kali dia invasi pada 2008.

Baca Juga: Pertahanan Rusia Jebol Lagi, Krimea Makin Tidak Aman Terjadi Ledakan di Distrik Bakhchisarai

Karena, saat sudah menguasai wilayah Abkhazia dan Ossetia Selatan yang memisahkan diri, pasukan Putin telah merambah wilayah Georgia inci demi inci.

Invasi itu, menurut Khidasheli, adalah untuk menghentikan Georgia bergabung dengan NATO, yang masih bukan anggotanya.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Mirror

Tags

Terkini

Terpopuler