ZONA PRIANGAN - Misteri sejumlah ledakan di Krimea kini mulai terungkap. Rusia sejak awal membantah ada serangan dari Ukraina.
Demikian juga militer Ukraina, menolak untuk bertanggung jawab atas ledakan di pankalan militer Saki, gudang amunisi Maisky, dan lapangan terbang Belbek.
Hasil investigasi layanan keamanan FSB Rusia menyebutkan, ledakan yang terjadi di Krimea merupakan ulah sel teroris Islam.
FSB sudah menahan 6 tersangka yang dicurigai melakukan misi peledakan di sejumlah objek militer Krimea.
Beberapa ledakan di Krimea sempat membuat geram Vladimir Putin, yang langsung mengganti Komandan Armada Laut Hitam, lapor Express.
Seorang komandan baru Armada Laut Hitam dilantik awal bulan ini, menurut kantor berita RIA, dalam apa yang digambarkan pada saat itu sebagai salah satu pemecatan paling menonjol.
RIA milik negara mengutip sumber yang mengatakan kepala baru Viktor Sokolov diperkenalkan kepada anggota dewan militer armada di pelabuhan Sevastopol.
Satu sumber mengatakan, hal yang normal penunjukan itu tidak diumumkan kepada publik pada saat Rusia sedang melakukan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di Ukraina.
Armada Laut Hitam memiliki sejarah yang dihormati di Rusia, tetapi telah mengalami beberapa penghinaan publik selama perang Vladimir Putin.
Pada bulan April, Ukraina menyerang kapal perang utamanya, Moskva, dengan rudal Neptunus, menyebabkannya terbakar dan tenggelam.
Pangkalan udara Saki di Krimea barat daya, dekat markas armada di Sevastopol, hancur awal bulan ini oleh serangkaian ledakan yang menghancurkan delapan pesawat tempur, menurut citra satelit.
Seorang pejabat Barat mengatakan ledakan di pangkalan itu membuat lebih dari setengah jet tempur Angkatan Laut Armada Laut Hitam Rusia tidak dapat digunakan.
Ledakan juga mengguncang gudang amunisi di pangkalan militer di utara semenanjung. Rusia menyebutnya sebagai tindakan sabotase sementara Ukraina tidak mengklaim bertanggung jawab.
Armada Laut Hitam lebih besar dari angkatan laut Ukraina dan merupakan sumber kebanggaan nasional sejak didirikan di bawah Permaisuri Catherine yang Agung pada tahun 1783.
Krimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014 dan telah diperkuat secara ekstensif sejak saat itu, menyediakan rute pasokan utama bagi pasukan invasi Rusia yang menduduki Ukraina selatan, di mana Kiev melakukan serangan balasan.***