Korea Utara Menembakkan Rudal Balistik Jelang Kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Haris ke Jepang dan Korsel

26 September 2022, 20:22 WIB
Wakil Presiden AS Kamala Harris berangkat untuk melakukan perjalanan ke Jepang dan Korea Selatan dari Pangkalan Bersama Andrews, Maryland, AS 25 September 2022. /REUTERS/Leah Millis

ZONA PRIANGAN - Korea Utara menembakkan rudal balistik ke arah laut di lepas pantai timurnya pada Minggu, jelang latihan militer Korea Selatan dan AS yang melibatkan sebuah kapal induk dan Wakil Presiden AS Kamala Haris di kawasan itu.

Menurut Militer Korea Selatan, rudal balistik yang ditembakkan oleh Korea Utara termasuk rudal jarak pendek tunggal yang ditembakkan dari dekat di daerah Taechon di Provinsi Pyongyan Utara.

Rudal ditembakkan tepat sebelum pukul 7 pagi waktu setempat dan terbang sekitar 600 km pada ketinggian 60 km dan kecepatan 5 Mach atau sekitar 6174 km/jam.

Baca Juga: Turki: Indonesia dan Malaysia Tertarik untuk Membeli Drone Bersenjata

"Peluncuran rudal balistik Korea Utara adalah tindakan provokasi serius yang mengancam perdamaian dan keamanan semenanjung Korea dan komunitas internasional," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.

Ketua Kepala Staf Gabungan Kim Seung-kyum dan Komandan Pasukan Korea AS Paul LaCamera bereaksi atas provokasi dari pihak Korea Utara dan menegaskan tentang kesiapan mereka menghadapi ancaman dari Korea Utara.

Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas langkah-langkah yang harus dilakukan setelah adanya provokasi dari Korea Utara yang secara terang-terangan melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga: Jaringan Kereta Api Inggris Terancam Lumpuh pada Oktober Mendatang, Karyawan ScotRail akan Melakukan Demo

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, yang tiba di Seoul pada Sabtu malam dari lawatan ke sejumlah negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat dan Kanada, diberitahu tentang peluncuran tersebut, kata kantor kepresidenan.

Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan Jepang memperkirakan rudal itu mencapai ketinggian maksimum pada 50 km dan mungkin terbang pada lintasan yang tidak teratur.

Hamada mengatakan, rudal balistik tersebut jatuh di luar zona ekonomi eksklusif Jepang dan tidak ada laporan masalah yang berkaitan dengan pengiriman atau lalu lintas udara.

Baca Juga: Raja Inggris Charles III Mulai Menjalankan Tugas Resmi Pemerintah dari Kotak Merahnya di Istana Buckingham

Banyak dari rudal jarak pendek yang diuji oleh Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir telah dirancang untuk menghindari pertahanan rudal dengan bermanuver selama penerbangan dan terbang pada lintasan yang lebih rendah, "tertekan", kata para ahli.

"Jika Anda memasukkan peluncuran rudal jelajah, ini adalah peluncuran kesembilan belas, yang merupakan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Hamada.

"Tindakan Korea Utara merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan negara kita, kawasan dan komunitas internasional dan melakukan ini saat invasi Ukraina berlangsung tidak dapat dimaafkan," katanya.

Baca Juga: PM India Narendra Modi Berkomentar kepada Putin: Bukan Era Perang, Moskow pun Langsung Bereaksi

Ia kemudian menambahkan, Jepang telah menyampaikan nota protes melalui kedutaan Korea Utara di Beijing.

Sementara Komando Indo-Pasifik AS sendiri telah mengetahui peluncuran tersebut dan berkonsultasi secara dekat dengan sekutu, sambil menegaskan kembali komitmen AS untuk pertahanan Korea Selatan dan Jepang.

"Meskipun kami telah menilai bahwa peristiwa ini tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel atau wilayah AS, atau sekutu kami, peluncuran rudal menyoroti dampak destabilisasi dari Senjata Pemusnah Massal dan program rudal balistik DPRK yang melanggar hukum".

Baca Juga: Ancaman yang Dilontarkan oleh Putin Ditanggapi dengan Serius oleh Inggris

Provokasi yang dilakukan oleh Korea Utara itu dilakukan setelah kedatangan kapal induk Amerika bertenaga nuklir USS Ronald Reagan di Korea Selatan untuk berpartisipasi dalam latihan bersama dengan pasukan Korea Selatan.

Latihan bersama yang berlangsung selama empat hari itu dimulai dari 26 hingga 29 September, dan jelang kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Haris ke Seoul pada minggu ini.

Penembakan rudak balistik jarak pendek kali ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan oleh Korea Utara setelah menembakkan delapan rudal balistik jarak pendek dalam satu hari di awal Juni lalu.

Baca Juga: Putin Mengerahkan Lebih Banyak Pasukannya ke Ukraina, Menuduh Barat Ingin Menghancurkan Rusia

Apa yang dilakukan oleh Korea Utara itu mendorong AS menyerukan lebih banyak sanksi terhadap Korea Utara karena dinilai telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

Sementara Korea Utara menolak resolusi Dewan Keamanan PBB sebagai pelanggaran hak kedaulatannya untuk pertahanan diri dan eksplorasi ruang angkasa, dan mengkritik latihan bersama sebelumnya oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan sebagai bukti kebijakan permusuhan mereka.

Latihan tersebut juga telah dikritik oleh Rusia dan China, yang telah meminta semua pihak untuk tidak mengambil langkah-langkah yang meningkatkan ketegangan di kawasan itu, dan menyerukan pelonggaran sanksi.

Baca Juga: Putri Wales Bertemu dengan Ibu Negara Ukraina Olena Zelenskiy, Sehari Sebelum Prosesi Pemakaman Ratu Elizabeth

Setelah Korea Utara melakukan sejumlah uji coba rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun ini, termasuk rudal balistik antarbenua untuk pertama kalinya sejak 2017.

Amerika Serikat dan Korea Selatan sepakat untuk meningkatkan latihan bersama dan unjuk kekuatan militer guna mencegah Pyongyang untuk memprovokasi wilayah Korea Selatan dan Jepang..

"Latihan pertahanan tidak akan mencegah uji coba rudal Korea Utara," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Ewha di Seoul.

Baca Juga: Taiwan Mendapat 'Undangan Khusus' untuk Menandatangani Buku Belasungkawa Ratu Elizabeth II

Tetapi kerjasama keamanan AS-Korea Selatan membantu untuk mencegah serangan Korea Utara dan melawan tindakan Pyongyang yang secara nyata melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB.

Sekutu tidak boleh membiarkan provokasi menghentikan mereka untuk melakukan latihan militer dan pertukaran yang diperlukan guna mempertahankan aliansi, tambahnya.

Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan pada hari Sabtu bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan uji coba rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM), mengutip pernyataan militer Korea Selatan.***

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler