Intelijen AS menunjukkan bahwa Cina bahkan telah melakukan pengujian manusia pada anggota Tentara Pembebasan Rakyat.
"Mereka berharap bisa mengembangkan tentara dengan kemampuan yang ditingkatkan secara biologis," tulis Ratcliffe dalam Wall Street Journal seperti dilansir The Guardian.
Baca Juga: Hati-hati, Berkedok Praktik Ruqyah Syariat, Padahal Cuma Jual Jampi-jampi
"Tidak ada batasan etika untuk mengejar kekuasaan di Beijing," sambungnya.
Menurut Ratcliffe, saat ini AS terlalu fokus pada kekuatan militer Rusia padahal penelitian yang dilakukan Cina dianggap lebih berbahaya.
"Tapi hari ini kita harus melihat dengan mata jernih fakta-fakta di depan kita, yang menjelaskan bahwa Cina harus menjadi fokus keamanan nasional utama Amerika di masa mendatang," tegasnya.
Baca Juga: Perayaan Natal: Pohon Cemara Tidak Penting bagi Warga Korea, Justru Benda Ini Harus Ada
Sementara itu etika menggunakan alat seperti CRISPR untuk meningkatkan genom manusia masih menuai perdebatan luas.
Dikutip dari Daily Star, ahli biologi Cina, He Jiankui pernah menuai kontroversi dengan penelitian gen yang dilakukannya.
Ilmuwan itu memodifikasi gen embrio kembar yang digunakan untuk IVF, mengakibatkan kelahiran dua anak perempuan yang dia klaim memiliki kekebalan alami terhadap HIV.