Ikan Ini Memanfaatkan Perubahan Iklim untuk Meningkatkan Populasinya

- 2 Januari 2021, 21:14 WIB
Ada beberapa spesies ikan yang mampu mengembangkan kemampuan reproduksinya dalam lingkungan ekstrem samudera./Pixabay/
Ada beberapa spesies ikan yang mampu mengembangkan kemampuan reproduksinya dalam lingkungan ekstrem samudera./Pixabay/ /

ZONA PRIANGAN - Perubahan iklim akibat meningkatnya gas karbondioksida, telah banyak dikhawatirkan oleh berbagai kalangan, khususnya terhadap populasi berbagai makhluk hidup di laut.

Menurut para ilmuwan, spesies ikan bisa musnah dengan meningkatnya gas karbondioksida yang memasuki samudera.

Namun menurut studi terbaru, terungkap ada beberapa spesies ikan malah bisa mengembangkan organ reproduksinya lebih besar dalam lautan yang lebih asam, yang kaya akan karbondioksida di masa depan.

Baca Juga: Seorang Apoteker di Amerika Serikat Sengaja Rusak 500 Dosis Vaksin Covid-19

Baca Juga: Pasangan Suami Istri Didenda Rp1,5 Miliar karena Memiliki 7 Anak, Terlalu!

Para peneliti di Australia telah melihat perubahan pada ikan triplefin (Forsterygion lapillum), ikan asli pantai Selandia Baru, pada lingkungan kaya CO2 alamiah di bawah air dalam pengamatan selama tiga tahun dari 2017 – 2019.

Mereka menemukan spesies yang secara biologis ‘oportunis’ dalam perubahan ekosistem bawah air dengan menumbuhkan organ-organ seks lebih besar yang memproduksi lebih banyak sperma dan telur, untuk meningkatkan kesempatan berhasilnya reproduksi.

Naiknya CO2, menurut para pakar, juga meningkatkan sumber daya mangsa dan bisa meningkatkan kebugaran setiap individu F. Lapillum.

Baca Juga: Pesawat Airbus A319 Menabrak Balon Tahun Baru, Viral di Instagram

Efek fisiologi positif ini kemungkinan besar digunakan juga oleh spesies ikan lainnya di seluruh dunia, menurut para pakar, ini kemungkinan sebuah pengecualian dari mayoritas spesies ikan yang bisa musnah dengan meningkatnya level CO2.

Ketika karbondioksida memasuki samudera, gas ini akan bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang memicu pada pengasaman samudera.

Bila kebanyakan CO2 di perairan masuk ke aliran darah ikan, bisa menyebabkan kehilangan fungsi-fungsi fisiologi seperti pernafasan, sirkulasi, dan metabolisme.

Baca Juga: Cina Mengerahkan Drone Bawah Air En Masse di Samudra Hindia untuk Intelejen

Meningkatnya CO2 dalam darah ini bahkan bisa menyebabkan hilangnya indra penciuman pada ikan, yang membahayakan pada kemampuan hewan air ini untuk berburu,menghindari predator dan menemukan tempat yang cocok untuk bertelur.

Namun demikian, para peneliti mengatakan efek tidak langsung dari meningkatnya CO2 saat ini belum banyak diketahui dan perlu studi lebih lanjut.

 “Menghangatnya samudera akan menyerap sekitar sepertiga dari penambahan CO2 yang dilepaskan ke atmosfer dari emisi-emisi karbon, sehingga lautan akan menjadi asam,” ujar Profesor Ivan Nagelkerken dari Universitas Adelaide, Australia, yang memimpin penelitian ini.

Baca Juga: 5 Cara Jitu Budidaya Alpukat Aligator, Manfaatkan Pekarangan Rumah

 “Kita tahu bahwa kebanyakan spesies terpengaruh secara negatif dalam perilaku dan fisiologi dengan terjadinya pengasaman di samudera.

Tapi kita menemukan bahwa pada spesies ikan beriklim sedang, triplefin, jantan dan betinanya memiliki gonad (alat reproduksi) yang lebih besar di bawah kondisi asamnya lautan. Ini berarti meningkatnya produksi telur dan sperma dan begitu pula keturunannya,” tambah Nagelkerken.

“Dari hasil studi kami memperlihatkan bahwa peningkatan reproduksi dimediasi oleh efek-efek tak langsung dari meningkatnya CO2 pada jaringan reproduksi ikan,” ujar tim peneliti.

Baca Juga: Satu Orang Tenggelam di Sungai Cimanuk Majalengka, Tim Rescue Pos SAR Cirebon Lakukan Pencarian

Para pakar mempelajari spesies ikan unik ini di White Island, sebuah pulau vulkanis yang berlokasi di North Island, Selandia Baru.

Lubang bawah laut vulkanis alami di kawasan tersebut merupakan hotspot dari CO2, yang mengeluarkan sejumlah besar gas dibanding kawasan lainnya. Lubang CO2 menyebabkan keasaman lokal dari air laut sebesar pH 1,5 di bawah rata-rata samudera 8,1 hingga 8,2.

Selain ikan triplefin biasa, para peneliti juga mengamati spesies triplefin lainnya, triplefin mata biru (Notoclinops segmentatus) dan triplefin Yaldwin (Notoclinops yaldwyni).

Baca Juga: Ilmuwan Bisa Menebak, Musik Apa yang Sedang Didengar dengan Melihat Aktivitas Otak Anda

“Kami menemukan jantannya banyak makan karena melimpahnya mangsa akibat meningkatnya biomasa alga yang tumbuh dengan meningkatnya CO2,” kata Profesor Nagelkerken, seperti dikutip laman dailymail.co.uk, baru-baru ini.

Sementara betinanya, tidak banyak makan demi menurunkan aktivitasnya untuk menghemat energi untuk kemudian memperbesar ovarium.

“Kami yakin bahwa triplefin dan spesies yang mirip lainnya akan melakukan sesuatu yang sangat baik di bawah meningkatnya keasaman lautan,” kata Profesor Sean Connell dari Universitas Adelaide. ***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x