Studi yang didasari oleh penelitian sebelumnya ini melibatkan lebih dari 330 partisipan berkewarganegaraan Amerika berusia 22 hingga 63 tahun.
Mereka dihadapkan dengan serangkaian tes seperti 37 tugas neuropsikologis dan 22 survei kepribadian selama 2 minggu.
Tugas-tugas tersebut didesain agar netral, tidak emosional maupun politis. Contohnya, menghafal sejumlah bentuk visual.
Baca Juga: China Akan Bangun Kota di Papua Nugini, Dicurigai Sebagai Pangkalan Angkatan Laut
Para peneliti kemudian menggunakan pemodelan komputasi untuk mengekstrak informasi dari data tersebut, yang nantinya bisa menunjukan kemampuan mereka ketika harus melakukan pemrosesan mental yang kompleks dan strategis.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B, secara keseluruhan sikap ideologis mencerminkan pengambilan keputusan kognitif.
Temuan utamanya adalah bahwa orang dengan sikap ekstrimis cenderung memiliki pandangan tentang dunia secara hitam-putih.
Baca Juga: China Bangun Bendungan di Tibet, Warga Protes Karena Lokasi Itu Tempat Menghormati Dewi Dorje Phagmo
Mereka juga kesulitan dengan tugas kompleks yang membutuhkan Langkah-langkah mental yang rumit, kata Dr Leor Zmigrod, penulis utama di departemen psikologi Cambridge.
Dikutip dari The Guardian, Zmigord mengatakan bahwa “individu atau otak yang berjuang untuk memproses dan merencanakan urutan tindakan yang kompleks mungkin lebih tertarik pada ideologi ekstrim, atau ideologi otoriter yang menyederhanakan dunia.”