Sebuah Panel Mengungkapkan: Krisis Kemanusiaan Memburuk di Daerah Etnis Minoritas Myanmar

- 7 Juni 2021, 14:05 WIB
Militer Myanmar telah meningkatkan kekerasan dan memblokir bantuan di daerah-daerah etnis minoritas, yang menyebabkan krisis kemanusiaan yang semakin dalam, kata para aktivis Jumat.
Militer Myanmar telah meningkatkan kekerasan dan memblokir bantuan di daerah-daerah etnis minoritas, yang menyebabkan krisis kemanusiaan yang semakin dalam, kata para aktivis Jumat. /UPI / Xiao Long

Sebuah gerakan protes publik yang sedang berlangsung telah menyaksikan tindakan keras brutal oleh junta, dengan 845 warga sipil tewas dan lebih dari 5.600 ditangkap, menurut angka harian terbaru dari Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.

Angkatan bersenjata juga telah memerangi kelompok pemberontak etnis di daerah perbatasan sejak kemerdekaan negara itu dari Inggris pada tahun 1948.

Baca Juga: Hadiahkan Al Fatihah untuk Diri Sendiri, Ini Cara Mengamalkannya dan Rasakan Manfaat serta Keutamaannya

Situasi di negara-negara perbatasan memburuk karena Tatmadaw telah mengisolasi daerah-daerah yang dilanda konflik dan mencegah bantuan kemanusiaan menjangkau orang-orang terlantar, kata para aktivis.

"Militer memblokir semua dukungan dan bantuan kemanusiaan," ke negara bagian Chin di Myanmar barat, kata Michael Suantak, direktur Solusi Alternatif untuk Komunitas Pedesaan.

Suantak mengatakan pandemi COVID-19 digunakan sebagai dalih untuk memperketat kontrol di negara-negara perbatasan.

Baca Juga: Awalnya Diduga Mabuk, Pengemudi SUV yang Terjebak di Lapangan Golf Itu Mengikuti Panduan GPS

"Militer telah memutuskan komunikasi dan memutus sistem air kota dan pasokan makanan" ke negara bagian Chin, kata Suantak. "Transportasi utama [rute] dari Yangon dan Mandalay telah dihentikan sejak [Kamis]."

Maw Day Myar, anggota Organisasi Wanita Nasional Karenni, mengatakan bantuan kemanusiaan juga diblokir ke negara bagian Karenni, yang terletak di perbatasan dengan Thailand di bagian timur negara itu. Dia mengatakan sekitar 80.000 pengungsi internal, banyak dari mereka perempuan dan anak-anak, telah melarikan diri ke daerah hutan jauh dari kekerasan.

"Sangat berbahaya bagi [pengungsi] untuk bergerak karena setiap jalan diblokir," katanya. "Mereka saat ini sangat membutuhkan bantuan. Sebagian besar daerah tidak dapat mengakses air bersih. Jika militer terus memblokir transportasi, akan terjadi kekurangan pangan dalam waktu seminggu."

Halaman:

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: UPI.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah