Tapi itu juga menyebabkan ketidakseimbangan besar dalam rasio jenis kelamin, karena beberapa bayi perempuan dibunuh atau diaborsi karena preferensi untuk anak laki-laki.
Pada 2015, para pejabat mengubah undang-undang untuk mengizinkan dua anak per keluarga, karena bahaya dan biaya dari populasi yang menua menjadi lebih jelas.
Jumlah warga usia kerja di China telah turun selama dekade terakhir, sementara pertumbuhan penduduk tetap rendah yakni 12 juta bayi yang lahir di China, tahun lalu turun 18% dibandingkan dengan jumlah yang lahir pada 2019.
Baca Juga: Ini 7 Perkara yang Perlu Dilakukan Umat Muslim agar Terhindar Bujuk Rayu Setan yang Menyesatkan
Sementara itu, populasi usia kerja turun menjadi 63,3% dari 70,1% satu dekade lalu dan jumlah warga China di atas 60 tahun meningkat 5,44 poin, persentase antara 2010 dan 2020 menjadi 18,7%.
Akhir dari kebijakan satu anak pada awalnya mendorong angka kelahiran tetapi dorongan ini segera memudar karena banyak wanita masih belum memiliki anak.
China tidak sendirian dalam menghadapi konsekuensi dari populasi yang menua dan penurunan angka kelahiran, sejumlah negara lainnya di Asia dan Eropa juga bergulat dengan tantangan yang sama.
Baca Juga: Angelina Jolie Membuat Debut Instagram dengan Memposting Surat dari Gadis Afghanistan
Tetapi negara-negara berpenghasilan tinggi, seperti Jepang dan Jerman, dapat memanfaatkan investasi dan aset asing, sementara China bergantung pada sektor padat karya seperti pertanian dan manufaktur.***