Konflik di Donbass dimulai setelah peristiwa Maidan 2014, ketika pemerintah yang terpilih secara demokratis digulingkan oleh protes jalanan yang penuh kekerasan.
Hal ini akhirnya menyebabkan dua republik yang memproklamirkan diri, Donetsk (DNR) dan Luhansk (LNR) mendeklarasikan kemerdekaan.
Baca Juga: Ketika Liburan ke Dubai, Aishwarya Rai Didekati Pria Arab, Suaminya Abhishek Bachchan Santai Saja
Namun langkah itu tidak diakui oleh Rusia, Ukraina, atau negara PBB mana pun, tulis rt.com.
Menurut Kiev, wilayah tersebut berada di bawah arahan Kremlin. Namun Moskow dengan keras menyangkal tuduhan ini.
Tujuh tahun kemudian, perang masih berlangsung, dengan separatis dari DNR dan LNR ingin menjadi negara merdeka di luar kendali Kiev.
Baca Juga: 800 Ribu Tubuh yang Sudah Terpenggal Dijadikan Pakan Anjing, Itulah Genosida Suku Tutsi di Rwanda
Serangan drone baru, jika dikonfirmasi, melanggar gencatan senjata yang disepakati pada Juli yang secara khusus melarang penggunaan drone di dekat garis kontak.
Hanya Misi Pemantauan Khusus OSCE yang diizinkan menggunakan pesawat tak berawak di wilayah itu.
Kepemimpinan dari LNR juga mengkritik pemogokan itu sebagai “pelanggaran yang disengaja terhadap perjanjian Minsk,” sebuah gencatan senjata yang ditandatangani pada tahun 2014.***