ZONA PRIANGAN - Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Estonia, Mikk Marran mengatakan NATO harus menghentikan serangan Rusia ke Ukraina.
Menurut Mikk Marran, jika Rusia dibebaskan mencaplok Ukraina maka Lituania, Latvia, dan Estonia tinggal menunggu waktu.
Mikk Marran mengungkapkan, Ukraina belum diserang namun berbagai jenis krisis hibrida mulai dirasakan.
Dikhawatirkan bahwa Ukraina mungkin menjadi langkah pertama jika Vladimir Putin melanjutkan invasinya tanpa dihentikan NATO.
Vladimir Putin disebut tidak pernah malu dengan ambisinya untuk mencoba mengembalikan negaranya ke masa-masa Uni Soviet.
Rusia telah menggunakan perampasan tanah "gaya Hitler", seperti di Krimea dan Georgia, bersama dengan membangun aliansi kunci dengan diktator di negara-negara tetangga untuk memperluas pengaruhnya.
Baca Juga: China Diguncang Video Seorang Ibu Lehernya Dirantai Padahal Baru Melahirkan di Provinsi Jiangsu
Langkah Putin telah dibandingkan dengan yang digunakan oleh Nazi pada hari-hari menjelang Perang Dunia 2 - seperti pencaplokan Cekoslowakia.
Estonia, Latvia, dan Lituania - semuanya bekas negara Soviet - khawatir mereka akan menjadi yang berikutnya menyusul aksi militer apa pun terhadap Ukraina.
Marran mengatakan sementara serangan skala penuh dalam jangka pendek tidak mungkin - tetapi serangan ke Ukraina akan meningkatkan tekanan militer di negara-negara Baltik.
"Bahkan jika kepemimpinan Rusia dapat dibujuk untuk berhenti dari agresi militer, Estonia dan negara-negara barat lainnya harus bersiap untuk tekanan militer berikutnya," ujar Marran kepada Sky News.
Sebuah laporan baru-baru ini oleh Kebijakan Luar Negeri menyatakan bahwa warga Baltik takut mereka "berikutnya dalam menu" untuk Putin.
Latvia, Lituania dan Estonia semuanya adalah anggota NATO - jika Rusia menyerang salah satu dari mereka, itu akan memicu tanggapan dari aliansi, lapor The Sun.
Baca Juga: Mata-mata Inggris Sebut Rusia Ingin Mengubah Rezim di Ukraina Seusai Serangan Besar-besaran
Masing-masing negara Baltik memiliki sekitar 1.000 tentara dari NATO - yang dipindahkan setelah Putin pertama kali menginvasi Ukraina pada 2014 dan mencaplok Krimea.
Mereka semua berbagi perbatasan darat dengan Rusia dan dekat dengan kantong militer Rusia Kaliningrad.***