Pemberontak Menuduh Ukraina Menembaki Saat Media Rusia Melaporkan Penarikan Tank

- 19 Februari 2022, 10:20 WIB
Pemberontak pro-Rusia di Ukraina menuduh pasukan pemerintah menembaki sebuah desa.
Pemberontak pro-Rusia di Ukraina menuduh pasukan pemerintah menembaki sebuah desa. /Reuters

ZONA PRIANGAN - Pemberontak pro-Rusia di Ukraina menuduh pasukan pemerintah menembaki sebuah desa pada Jumat, sementara media Rusia melaporkan lebih banyak unit infanteri dan tank kembali ke pangkalan mereka, berbeda dengan ketakutan Barat akan invasi Rusia yang akan segera terjadi.

Untuk hari kedua berturut-turut, separatis pro-Rusia yang telah berperang dengan Ukraina selama bertahun-tahun mengatakan mereka telah mendapat tembakan mortir dan artileri dari pasukan Ukraina, menurut kantor berita Interfax.

Kyiv dan pemberontak saling menyalahkan atas meningkatnya ketegangan setelah serangan artileri dan mortir pada Kamis, memicu kekhawatiran bahwa Rusia, yang telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, bisa terlibat.

Baca Juga: Refly Harun: Saya Belum Yakin Anggota KPU dan Bawaslu yang Selama ini Terpilih Bekerja Secara Independen

Kremlin mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya "sangat prihatin" dengan gejolak di Ukraina dan mengamati situasi dengan cermat. Amerika Serikat mengatakan Rusia sedang mencari dalih untuk perang.

Kyiv dan separatis pro-Rusia telah berhadapan selama delapan tahun, dan gencatan senjata di antara mereka secara rutin dilanggar, tetapi intensitas pertempuran meningkat terutama minggu ini.

Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis mengatakan Rusia sedang mempersiapkan dalih untuk membenarkan kemungkinan serangan ke Ukraina, yang ambisinya untuk suatu hari bergabung dengan aliansi militer NATO telah membuat marah Moskow.

Baca Juga: Bocil Cantik Keturunan Afghanistan Hilang, Penemunya Dijanjikan Hadiah Rp2,4 Miliar

Dalam krisis keamanan terbesar di Eropa dalam beberapa dasawarsa, Rusia telah mengerahkan pasukan, tank, dan senjata berat di perbatasan Ukraina dan menuntut jaminan bahwa Kyiv tidak akan pernah bergabung dengan NATO, sesuatu yang telah ditolak oleh pemerintah Ukraina.

Meski begitu, Rusia mengatakan tidak memiliki niat untuk menyerang Ukraina dan menuduh Barat histeris atas pembangunan militernya, dengan mengatakan beberapa pasukannya telah kembali ke pangkalan.

Kantor berita Interfax mengutip kementerian pertahanan Rusia yang mengatakan pada hari Jumat bahwa beberapa unit infanteri mekanik Rusia telah kembali ke pangkalan mereka di wilayah Dagestan dan Chechnya setelah menyelesaikan latihan di Krimea.

Baca Juga: Penggunaan Ivermectin yang Salah Kaprah, Tidak Mencegah COVID-19 yang Parah, Berdasarkan Penelitian

Interfax juga mengutip kementerian yang mengatakan bahwa sebuah kereta yang sarat dengan tank telah berangkat dari lokasi yang dirahasiakan untuk kembali ke pangkalan mereka di provinsi Nizhny Novgorod. Kantor berita TASS memuat laporan serupa tentang pasukan yang kembali ke pangkalan mereka.

Namun para pemimpin Barat mengatakan Rusia tetap mampu meluncurkan invasi kapan saja.

"Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka terlibat dalam operasi 'false flag' untuk mendapatkan alasan untuk masuk," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih, Kamis, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.

"Setiap indikasi yang kami miliki adalah mereka siap untuk pergi ke Ukraina dan menyerang Ukraina," tambahnya.

Baca Juga: Bunuh Diri Mengerikan, Ditonton Ribuan Turis Seorang Wanita Terjun dari Kapal Pesiar Carnival ke Teluk Meksiko

Upaya diplomatik akan berlanjut pada hari Jumat ketika Biden menjadi tuan rumah panggilan telepon dengan para pemimpin Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Rumania, Inggris, Uni Eropa dan NATO.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan bertemu rekan-rekan di Konferensi Keamanan Munich. Dia juga akan membahas krisis akhir pekan depan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, kata Departemen Luar Negeri.

Washington mengatakan akan menanggapi langkah Moskow yang "tidak beralasan" untuk mengusir Wakil Kepala Misi AS Bart Gorman. Diplomat Rusia yang telah tinggal lebih dari tiga tahun harus meninggalkan Amerika Serikat, sementara Moskow memberi diplomat AS lebih sedikit waktu, kata juru bicara Departemen Luar Negeri.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x