Presiden Sri Lanka Dipaksa Keluar dari Parlemen di Tengah Nyanyian 'Gota Pulang'

- 6 Juli 2022, 11:00 WIB
Gotabaya Rajapaksa meninggalkan parlemen, videonya viral di media sosial.
Gotabaya Rajapaksa meninggalkan parlemen, videonya viral di media sosial. /Tangkapan layar Twitter.com/@HarshadeSilvaMP

ZONA PRIANGAN - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada hari Selasa, 5 Juli 2022 meninggalkan parlemen setelah anggota oposisi meneriakinya di tengah krisis ekonomi yang semakin parah di negara yang berpenduduk sekitar 22.156.000 jiwa itu.

Harsha de Silva, seorang anggota parlemen, membagikan klip video di Twitter lewat akun @HarshadeSilvaMP yang menunjukkan beberapa anggota parlemen memegang plakat dan meneriakkan "Gota Pulang".

Gotabaya Rajapaksa kemudian berbicara kepada para pembantunya, bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan parlemen.

Baca Juga: Hadiahkan Al Fatihah untuk Diri Sendiri, Ini Cara Mengamalkannya dan Rasakan Manfaat serta Keutamaannya

"Aduh! Beginilah kedatangan Presiden #SriLanka @GotabayaR ke @ParliamentLK beberapa menit yang lalu berakhir: #GotaGoHome2022. Tidak direncanakan dan tidak pernah terjadi dalam sejarah. Dia harus beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan ruangan," tulis Harsha de Silva pada keterangan video.

Negara kepulauan itu telah didera masalah inflasi yang tinggi selama berbulan-bulan dan pemadaman listrik yang lama setelah pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital. Negara ini telah menutup layanan publik yang tidak penting dalam upaya menghemat bahan bakar.

Hari ini, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada parlemen bahwa sekarang negara itu telah bangkrut dan krisis ekonomi akan berlarut-larut sampai setidaknya akhir tahun depan.

Baca Juga: 'Ikatan Cinta' Rabu 6 Juli 2022: Sal Tampak Baik di Rumah tapi di Kantor Keluarga Alfahri Mulai Mengintervensi

Dia mengatakan pembicaraan bailout Sri Lanka yang sedang berlangsung dengan Dana Moneter Internasional bergantung pada penyelesaian rencana restrukturisasi utang dengan kreditur pada Agustus.

"Kami sekarang berpartisipasi dalam negosiasi sebagai negara yang bangkrut," kata Wickremesinghe.

Pada pekan lalu, IMF mengatakan lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatur keuangan negara dengan benar dan memperbaiki defisit fiskal yang tak terkendali sebelum kesepakatan dapat dicapai pada pengaturan pendanaan untuk mengatasi krisis neraca pembayaran.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x