Menelusuri Dampak Perubahan Iklim: Gelombang Panas Mematikan Menghantam Dunia

- 19 Juli 2023, 00:27 WIB
Orang-orang mendinginkan diri di dekat Spanish Steps, selama gelombang panas di seluruh Italia, karena suhu diperkirakan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang, di Roma, Italia 18 Juli 2023.
Orang-orang mendinginkan diri di dekat Spanish Steps, selama gelombang panas di seluruh Italia, karena suhu diperkirakan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang, di Roma, Italia 18 Juli 2023. /REUTERS/Remo Casilli

ZONA PRIANGAN - Wilayah-wilayah besar di selatan dan timur Eropa ditempatkan dalam status peringatan merah gelombang panas pada hari Selasa, dan Organisasi Meteorologi Dunia memperingatkan adanya peningkatan risiko kematian akibat cuaca ekstrem yang melanda benua ini, Asia, dan Amerika Serikat.

Pulau Sardinia di Laut Tengah dapat mengalami suhu lebih dari 47 derajat Celsius (116 derajat Fahrenheit), dan para peramal mengatakan bahwa suhu bisa mencapai 40 derajat di beberapa kota Italia, termasuk 42-43 derajat di wilayah Lazio yang mencakup Roma.

Dengan suhu yang panas di Eropa selama musim liburan musim panas puncak, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan bahwa gelombang panas di belahan bumi utara kemungkinan akan semakin intens.

Baca Juga: 21 Pelari Tewas ketika Cuaca Ekstrem Melanda Peserta Lintas Alam China Marathon

Diperkirakan sekitar 61.000 orang meninggal akibat gelombang panas tahun lalu di Eropa saja.

Pusat koordinasi tanggap darurat Uni Eropa mengeluarkan peringatan merah untuk suhu tinggi di sebagian besar Italia, timur laut Spanyol, Kroasia, Serbia, selatan Bosnia dan Herzegovina, serta Montenegro.

Gelombang panas musim panas ini, suhu naik hingga 53 derajat di Death Valley, California, dan lebih dari 52 derajat di barat laut China, bertepatan dengan kebakaran hutan dari Yunani hingga Pegunungan Alpen Swiss dan banjir mematikan di India dan Korea Selatan.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Belum Bersahabat untuk Pelayaran dan Penerbangan di Indonesia

Ini menambah urgensi pada pembicaraan minggu ini antara Amerika Serikat dan China, negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia.

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x