Legenda Batu Ampar dan Balai Kambang Condet yang Dibangun Cuma Semalam

26 Juli 2020, 07:19 WIB
FOTO ilustrasi Kali Ciliwung.*/ANTARA /

ZONA PRIANGAN - Meneruskan asal-asul nama-nama wilayah di Jakarta, zonapriangan.com kini mengungkap cerita seputar Condet, utamanya legenda Batu Ampar dan Bale Kambang.

Generasi sekarang mungkin, kurang mengenal Batu Ampar dan Bale Kambang, padahal legenda itu diceritakan turun temurun.

Berikut cuplikan cerita legenda Batu Ampar dan Bale Kambang yang disarikan dari berbagai sumber.

Baca Juga: Kebagusan Itu Nama Seorang Putri Cantik yang Bunuh Diri, Kalau Ragunan Gelar untuk Tuan Tanah

Tidak ketinggalan juga diungkap nama-nama wilayah lainnya yang ada di Jakarta serta sekitarnya.

1. Condet (Batu Ampar & Bale Kambang)

Pada zaman dahulu ada sepasang suami istri namanya Pangeran Geger dan Nyai Polong, mereka memiliki beberapa orang anak.

Baca Juga: Senayan Berasal dari Wangsanayan, Pangeran dari Cirebon Pernah Tinggal di Wilayah Kuningan

Salah satu anaknya perempuan diberi nama Siti Maemunah terkenal sangat cantik.

Pangeran Astawana, anak Pangeran Tenggara atau Tonggara asal Makassar pun tertarik melamarnya.

Siti Maemunah meminta dibangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan di atas empang, dekat Kali Ciliwung yang harus selesai dalam satu malam.

Baca Juga: Makam Besar Tan Sam Cay Kong Selalu Menarik Perhatian, Ternyata Punya Nama Muslim Mohammad Syafi’i

Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale di pinggir Kali Ciliwung.

Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga Pangeran Tenggara dibuatlah jalan yang diampari (dilapisi) batu.

Demikian menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu disebut Batu Ampar dan bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas air itu disebut Bale Kambang.

Baca Juga: Pengalaman Menakutkan Kemping di Gambung, Makhluk Halus Suka Menampakan Diri

2. Cawang

Dahulu kala, ketika Belanda berkuasa ada seorang letnan melayu yang mengabdi pada kompeni bernama Ence Awang.

Letnan ini bersama anak buahnya bermukim dikawasan yang tak jauh dari Jatinegara.

Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi Cawang.

Baca Juga: Misteri Penampakan Hantu di Kastil Kuno Masih Membingungkan para Pakar dan Paranormal

3. Depok

Dahulu tempat ini sebagai depo kereta api (garasi)

4. Bintaro

Karena perumahan Bintaro dan sekitarnya memang bayak ditumbuhi pepohonan yang bernama bintaro dan buahnya sering dikonsumsi masyarakat setempat.

Baca Juga: Setelah Trending, Lagu Aisyah Istri Rasulullah Dipermasalahkan

5. Pluit

Sekitar tahun 1660 di pantai sebelah timur muara Kali Angke diletakkan sebuat Fluitschip (kapal panjang ramping) bernama Het Witte Paert yang tidak layak melaut.

Kapal ini digunakan menjadi kubu pertahanan untuk membantu benteng Vijhoek yang terletak di pinggir Kali Grogol, sebelah timur kali angke, dalam menanggulangi serangan-serangan sporadik yang dilakukan oleh pasukan bersenjata Kesultanan Banten.

Baca Juga: Dua Garis Biru, Terpilih Sebagai Film Terfavorit, Ini Daftar Lengkap Pemenang IMA 2020

Kubu tersebut dikenal dengan sebutan De Fluit.

6. Marunda

Marunda berasal dari kata merendah.

Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli disini memang baik hati, menjauhi sifat sombong yang dilarang agama.

Baca Juga: Insan Film yang Senior Mendapat Tempat di IMA 2020, Rhoma: Penghargaan untuk Kru Tahun 70-an

7. Tanjung Priok

Nama Tanjung Priok diambil dari nama seorang penyebar agama Islam dari Palembang dengan sebutan Mbah Periuk. Dia dikenal sebaai pembawa Periuk Nasi sisa perjalanan dari Palembang.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler