ZONA PRIANGAN - Beijing kembali menjadi sorotan dunia bukan karena akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.
Tapi karena Beijing menciptakan salju buatan untuk menyambut atlet peserta Olimpiade Musim Dingin ke-24.
Keruan saja ulah penggunaan salju palsu tersebut mendapat kecaman dari para ahli, karena bisa menimbulkan masalah pada tanah.
Baca Juga: Ini 10 Besar Kota yang Mencatat Angka Kecelakaan Tertinggi Akibat Mobil Menabrak Salju
Bahkan para ahli menyindir, untuk menggelar Olimpiade Musim Dingin bisa diadakan di Bulan atau Mars karena cuacanya lebih alami.
Worldweatheronline melaporkan bahwa Pusat Ski Alpine Nasional di Yanqing hanya memiliki 2cm salju antara Januari dan Maret.
Sementara Olimpiade Musim Dingin akan digelar 4 Februari dan 20 Februari dan memaksa China menciptakan salju buatan.
Baca Juga: Peringatan Kuning, Salju Berubah Jadi Es, Warga Inggris Mulai Waswas Terisolasi
Kurangnya hujan salju alami membuat penyelenggara membawa 200 meriam salju yang akan digunakan melintasi lereng gunung di Yanqing, memanfaatkan serangkaian parit dan pipa.
The Guardian melaporkan bahwa meskipun salju palsu dapat disukai oleh pemain ski profesional karena "hiper-grippy", Komite Olimpiade Internasional menghadapi pertanyaan lingkungan.
Laporan tersebut menambahkan bahwa Beijing memiliki 'sumber daya air yang langka' tetapi bersikeras dalam upaya mewujudkan salju.
Baca Juga: Salju Mengeras Jadi Es, Warga Spanyol Panik, Sudah Lima Orang Tewas Kedinginan
Carmen de Jong, seorang ahli geografi di University of Strasbourg, sejak itu memperingatkan bahwa permainan itu bisa menjadi yang paling tidak berkelanjutan dalam sejarah.
Menurut dia, salju buatan sangat menguras energi dan merusak kesehatan tanah.
Dia berkata: “Ini bisa menjadi Olimpiade Musim Dingin paling tidak berkelanjutan yang pernah diadakan. Gunung-gunung ini hampir tidak memiliki salju alami."
Baca Juga: Kim Kardashian Tiba-tiba Ucapkan Terimakasih Kepada Gubernur Colorado, Hukuman Sopir Truk Dikurangi
Menambahkan acara "tidak bertanggung jawab": "Kita bisa saja mengadakan Olimpiade di Bulan atau di Mars."
Richard Butler, seorang profesor di bidang pariwisata, mengatakan: "Olimpiade 2022 menunjukkan dengan jelas betapa disalahgunakan dan sekarang tidak berguna istilah berkelanjutan sebenarnya."
"Jelas uang, kekuasaan, pengaruh, dan politik datang bersama-sama untuk menghadiahkan permainan ke daerah tanpa salju yang cukup," ujarnya yang dikutip Daily Star.***