Nike Flight, Bola Canggih Disukai Pemain dan Penjaga Gawang

5 Juli 2020, 16:05 WIB
PERMUKAAN Nike Flight lebih mirip dengan bola golf. Ada beberapa alur yang berfungsi untuk memberikan 'grip' ketika bola melayang di udara, sehingga meningkatkan akurasi dan kinerja aerodinamis.*/FORBES.COM /

ZONA PRIANGAN - 'True ball flight' adalah teknologi yang disematkan ke dalam bola yang tak hanya disukai oleh pemain, tapi juga oleh penjaga gawang.

Ini merupakan hasil inovasi dari insinyur Nike dengan memanfaatkan teknologi, sehingga saat melayang di udara, 30 persen jauh lebih akurat untuk mencapai target, demikian dilaporkan laman Forbes.

Ini dimungkinkan lewat pengaplikasian desain 'AerowSculp' yang mamakan waktu riset hingga delapn tahun, 1.700 jam pengujian di lab dan 68 iterasi unik untuk mencapai tujuan.

Baca Juga: Pasangan Juara Terus Jalin Komunikasi Lintas Parpol

Menurut Kieran Ronan, Nike senior director for global equipment in soccer, mengatakan bahwa lahirnya Nike Flight ini sebagai upaya menciptakan konsistensi.

"Mereka (pemain sepakbola) mencari konsistensi dalam rasa, sentuhan dan 'flight'," ujar Ronan. Delapan tahun lalu, Ronan bersama timnya di Nike Innovation Equipment Lab mulai mengerjakan projek ini. Misi mereka adalah untuk menjawab tantangan tersebut lewat bola canggih Nike Flight.

Untuk mendapatkan konsistensi maka diawali dengan penerapan masalah teknik.

Baca Juga: Mensos Juliari Batubara Sambangi Insan Otomotif Jawa Barat Bagikan 1.000 Paket Sembako

Kulit luar bola maka dibuatlah beberapa lapisan 'AerowSculpt' yakni panel yang terdiri dari empat lapisan sebagai bagian eksterior yang memanfaatkan teknologi Nike All Conditions Control 3D ink to print untuk mencetak “micro flaps" pada bagian luar bola.

Robot ikut menguji

Untuk pengujiannya sendiri melibatkan 800 orang atlet dan dipadukan dengan robot yang dapat meniru pergerakan pemain ketika sedang berada di lapangan.

Dari pengetesan ini dapat diketahui bahwa akurasi bola meningkat sebesar 30 persen dan tentunya meningkatkan konsistensi ketika bola tengah melayang di udara.

Baca Juga: Setiap Hari Terdengar Suara Anak-anak Mengaji di Pondok Al Mubarokah

Peningkatan tingkat akurasi ini diperoleh sebagai dampak dari pengaplikasian saat pencetakan permukaan bola dengan menggunakan teknologi AerowSculpt. Iterasi pertama menawarkan alur berbentuk persegi.

Dari sana, para insinyur melakukan pengujian. Mereka mulai melakukan eksperimen dengan bentuk alur, kedalaman dan lebarnya.

"Anda melakukan 'tweak' dan itu menjadi jauh lebih baik atau bahkan menjadi jauh lebih buruk dan jika menjadi lebih baik maka itu menjadi acuan," katanya.

Baca Juga: Tiongkok Tuding Virus Corona Berasal dari Spanyol

Melalui pengujian, angka-angka mulai selaras. Semua dilakukan di lab yang berakar pada sains. Di sini kami akan mendeteksi perbedaan kecil dalam kinerja yang mungkin dapat dilihat oleh sebagian besar atlet.

"Tetapi ketika perbedaan kecil itu diulang sebanyak 68 kali, hasilnya adalah sebuah lompatan yang nyata dalam hal kinerja," jelasnya.

Umumnya bola akan goyang ketika melayang di udara, ini akibat dari terjadinya gesekan antara udara dengan bola.

Baca Juga: Bumdes Nagrog Kembangkan Desa Wisata Alam Berbasis Lingkungan

Maka tidak heran jika arah bola menjadi tidak akurat alias meleset. Teknologi AerowSculpt yang telah dipatenkan ini menggerakkan gaya di sekitar bola, daripada membiarkannya mencengkeram permukaan.

Selama proses desain, para insinyur menambahkan pahatan chevron dan menjelajahi beberapa fitur untuk membuat bola tetap stabil ketika melayang di udara.

DI laboratorium milik Nike, bola Nike Flight diuji dengan bantuan robot yang bisa meniru pergerakan pemain di lapangan.*/FORBES.COM

Tetap stabil

Alur yang berada di permukaan bola berfungsi untuk memberikan 'grip', sehingga tetap stabil di udara. Sekilas desain alurnya itu mirip dengan bola golf.

Baca Juga: NBA Siap Bergulir Kembali 30 Juli 2020

Untuk meningkatkan aerodinamis, Nike mengurangi jumlah panel, dari sebelumnya berjumlah 12 menjadi 4 buah saja. Ini mengurangi sebanyak 40 persen lapisan kaku, sehingga dapat meningkatkan kontrol.

Sebetulnya teknologi yang digunakan bukan sama sekali baru, seperti teknologi Nike All Conditions Control 3D ink, sudah digunakan oleh Nike sejak 2014 lalu.

Teknologi ini membiarkan tinta mengangkat permukaan bola yang halus, membantu menciptakan "“micro flaps", sebuah teknologi yang umum digunakan di industri dirgantara. Makanya tak heran jika dapat meningkatan kinerja aerodinamis yang dipadukan dengan desain AerowSculpt.

Baca Juga: Setelah Kehilangan Job, Marcel Sempat Bosan di Rumah

Nike Flight diluncurkan dengan tinta hitam dan eksterior putih yang dipadukan dengan estetika, teknologi dan sains di balik desain. Diharapkan dalam beberapa minggu ke depan untuk ditawarkan sebagai bola resmi untuk liga yang baru, termasuk NWSL, English Premier League dan Serie A.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler