Lomba video edukasi gizi tersebut, lanjut Awam, diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan usia, mulai dari usia dini, SD hingga dewasa.
"Saat ini, telah terpilih 20 karya terbaik yang selanjutnya akan menjadi materi yang dapat digunakan sebagai materi sosialiasasi dan edukasi gizi," ujarnya.
Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, juga menyampaikan apresiasinya terhadap Kado dan juga seluruh peserta.
"Selama ini topik gizi itu identik dengan orang tua. Tapi melalui metode storytelling ini, kita dapat menjangkau lebih banyak lagi kalangan. Bukan hanya orang tua, tapi edukasi ini langsung ke anak-anak dan para remaja, yang memang sebenarnya sasaran utama dari edukasi ini," katanya.
Arif pun berharap, para generasi muda ini dapat menjadi agent of change untuk dapat memutus rantai gizi buruk di Indonesia.
Sebelumnya, YAICI dan Kado juga telah melakukan rangkaian kegiatan literasi gizi. Sebagaimana diketahui, Indonesia masih darurat literasi.
Hasil Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2018, menunjukkan bahwa 70% siswa di Indonesia memiliki kemampuan baca rendah (di bawah Level 2 dalam skala PISA).
"Artinya, mereka bahkan tidak mampu sekadar menemukan gagasan utama maupun informasi penting di dalam suatu teks pendek," jelas Arif.