Pilkada Pangandaran, Adang-Supratman Tidak Mudah Kalahkan Jeje-Ujang

18 Juli 2020, 20:21 WIB
JEJE Wiradinata calon petahana di Pilkada Pangandaran.*/MUSLIH SUPRIANTO/KABAR PRIANGAN /

ZONA PRIANGAN - Analisa hasil survei Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA menempatkan Jeje Wiradinata dengan perolehan elektabilitas tertinggi.

Jelang Pilkada Pangandaran, sebagai kandidat incumbent dari PDIP, Jeje jauh meninggalkan kandidat lainnya.

Hasil survei LSI itu disampaikan kepada wartawan melalui zoom meeting, Sabtu 18 Juli 2020.

Baca Juga: Mengapa Persib Tidak Menginginkan PSMS Medan Terdegradasi, Ini Jawabannya

Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA ,Toto Izul Fatah mengatakan dari hasil survei simulasi perorangan yang dilakukan pada 5-10 Juli 2020, Jeje Wiradinata dinyatakan unggul jauh dengan 73,0% meninggalkan Adang Hadari dengan 23,0%.

Survei itu menggunakan metode standar; multistage random sampling, wawancara tatap muka dan jumlah responden 440, dengan margin of error 4,8%.

"Begitu juga dalam simulasi berpasangan, Jeje Wiradinata – Ujang Endin unggul telak 67,7% melawan Adang Hadari-Supratman dengan 26,8% yang menyisakan swing voter 5,5%," ungkapnya.

Baca Juga: Unik, Stasiun Kereta Api Bawah Tanah Berakhir di Kawasan Antah Berantah

Menurutnya, seperti diketahui, pada Pilkada Kabupaten Pangandaran 2020, hampir bisa dipastikan akan terjadi head to head antara pasangan kandidat incumbent, yaitu pasangan Jeje Wiradinata dan H. Ujang Endin Indrawan melawan Adang Hadari dan Supratman.

Melihat posisi elektabilitas Jeje-Ujang Endin saat ini, tidak mudah buat Adang-Supratman untuk memenangkan pertarungan terutama dalam kontek banyaknya variable yang ditemukan dalam survei tentang sejumlah keunggulan Jeje dan pasangannya.

"Variabel tersebut biasanya sering dijadikan indikator kuat atau lemahnya seorang kandidat incumbent untuk terpilih kembali," tuturnya.

Baca Juga: Suasana Ramai Lalu Lalang Kendaraan, Pencuri dengan Tenang Menggondol Baterai Tower BTS

Pertama, sebagai incumbent, Jeje memiliki tingkat kepuasan publik atas kinerjanya yang cukup tinggi, yaitu 69,3% cukup puas dan 15,7% sangat puas. Jika digabungkan tembus di angka 85% dan publik mengaku puas.

Selanjutnya untuk angka kepuasan publik yang tinggi ini biasanya menggambarkan calon incumbent yang berpotensi melenggang untuk terpilih kembali.

Kedua, Jeje mempunyai bekal tingkat pengenalan dan kesukaan yang sangat tinggi, yaitu 99,3% (pengenalan) dan 92,7% (kesukaan).

Baca Juga: Kemenparekraf dan Disparbud Wujudkan BISA di Ranca Upas

Ketiga, Jeje sudah mengantongi jumlah pemilih militant (strong supporter) yang juga tinggi, yaitu 35,4%. Sementara Adang baru 21,1%.

"Angka ini juga sering kali jadi indikator tingginya potensi keterpilihan seorang calon," katanya.

Dari pengalaman LSI melakukan ratusan kali survei, calon yang punya pemilih militant diatas 30% selalu memenangkan pertarungan.

Baca Juga: Tes Menusuk Jari, 20 Menit Kemudian Diketahui Apakah Terpapar Virus Corona

Faktor lain yang juga selalu menjadi indikator potensi kemenangan, tergambar dari peta distribusi dukungan di aneka segmen demokrafis yang cukup merata, baik suku, agama, gender, usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, dan bahkan sebaran dukungan di setiap zona dan dapil.

"Survei juga memotret penilaian publik atas kinerja Jeje dalam menangani wabah pandemi Covid-19," lanjutnya.

Ada sekitar 81,8 % publik di Pangandaran menilai Jeje cukup baik (61,6% ) dan sangat baik (22,0%).

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Membuat Industri Terpuruk, Uben: Setiap Hari Ada Buruh Kena PHK

Ini juga tentu menjadi bekal tambahan buat Jeje untuk terpilih kembali karena ini menggambarkan juga tingkat kepuasan dan kesukaan serta respons positif publik kepada kepemimpinan Jeje.

Terkait dengan wakil, sejauh yang terpotret dari survei, memang belum ada sosok yang memberi andil suara tambahan cukup besar kepada kedua kandidat.

Masih seperti temuan pada survei LSI sebelumnya, di antara “PR” besar untuk para calon yang akan bertarung di Pangandaran, termasuk para stakeholder seperti KPU sebagai penyelenggara, adalah rendahnya pengetahuan publik terhadap pelaksanaan Pilkada Pangandaran 2020.

Baca Juga: Bagi Penggila Vespa, Ini Tips Merawatnya di Masa Pandemi

Hanya 9,3% publik yang mengaku tahu dengan menjawab tepat tanggal dan bulan pelaksanaan Pilkada, yaitu 9 Desember 2020.

"Jadi selebihnya, sekitar 78,7% publik mengaku tidak tahu/tidak jawab/dan salah menjawab kapan Pilkada dilaksanakan," katanya.

Dirinya menambahkan bahwa Isu krusial lain yang juga harus diwaspadai dan diantisipasi, khususnya dalam kontek agar Pilkada lebih berkualitas dan berjalan demokratis, yaitu masih tingginya respons publik terhadap money politics.

Baca Juga: Ilmuwan Mengidentifikasi Enam Jenis Covid-19, Batuk dan Demam Jadi Cirinya

Ada sekitar 57% publik di Pangandaran mengaku money politics itu sangat wajar (8,6%) dan cukup wajar (48,6%).

"Temuan data seperti ini biasanya menjadi goodnews buat calon yang berkapital besar dan badnews buat yang beramunisi pas pasan," tambahnya.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler