Anak Jalanan di Majalengka Buka Usaha Jamu dan Minuman

14 Januari 2023, 09:00 WIB
Mantan anak jalanan yang kini menjadi pengusaha sukses dengan omset belasan juta rupiah setiap bulannya. /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Lelah di jalanan, seorang mantan anak jalanan atau dikenal anak funk, Ming Mukminin (34) asal Desa Leuwimunding, Kecamatan Leuwimunding, kini bangun usaha minuman berbahan rempah-rempah untuk menjaga stamina tubuh dan kesehatan, keuntunganya kini teleh mencapai Rp 15.000.000 per bulan.

Ming yang kini telah memiliki 10 orang karyawan memproduksi 4 jenis minuman berbahan dasar rempah-rempah yang dipercaya sebagai obat. Itu adalah “wedang series” yang bahannya terdiri dari

jahe, rosela, cengkih, kayu manis, min, lemon, sereh, kunyit dan asam jawa. Minuman ini diseduh dengan air panas dan bisa diminum saat hangat, rasanya menyegarkan dan wangi rempah. Khasiatnya menjaga stamina tubuh apalagi bagi mereka yang kerja keras atau olahragawan.

Baca Juga: Ingin Belajar Ternak Sapi? Kunjungilah Tempat ini Secara Gratis

Ada juga minuman dikemas botol yang isinya juga berasal dari rempah yang digodok terlebih dulu.

Satu botol berisi 250 ml dijual seharga Rp 17.000. Ada juga teh celup namun tehnya juga berasal dari rempah, ini untuk memudahkan konsumen agar tidak harus menggodok terlebih dulu.

Ada juga yang serbuk berisi 60 gram yang dijual seharga Rp 16.000, serbuk ini semua bahannya adalah rempah diantaranya saja bidara, askara, kapolaga yang memiliki khasiat untuk menurunkan kadar gula dalam tubuh, vitamin kulit anti penuaan dini.

Baca Juga: Jelang Perayaan Imlek, Umat Buddha Lakukan Sembahyang Metta dan Siapkan Buah-buahan Beraneka Ragam

Dia mengaku memulai usaha minuman sejak tahun 2017, setelah dia berusaha memulai bertanam aneka tanaman disekitar rumahnya berupa jahe, bunga telang, kencur, rosmery, bawang dayak dan lain-lain. Itu terinspirasi dari buku yang dibacanya setelah jenuh berada di jalanan.

“Mencoba tanaman untuk di coba dibuat jamu atau minuman. Ketika itu selalu gagal, saat diminum tidak enak bahkan terkesan mual. Dua tahun terus melakukan uji coba hingga di tahun 2019 baru rasa minuman pas dan khasiatnya mulai enak di tubuh,” ungkap Ming ditemani kawan sesama anak jalananya Arman.

Suami dari Dewi Kemalasari terus berusaha mengembangkan usahanya hingga akhirnya dia mendaftarkan minumannya untuk memiliki PIRT dan merek minuman yang dibuatnya.

Bahan bakupun kini dia sudah bekerjasama dengan sejumlah petani di daerahnya. Cabang usahanyapun sudah empat titik, diantaranya di Majalengka, Cirebon serta bulan depan berencana membuka cabang di Bintaro bekerjasama dengan temannya.

Baca Juga: Majalengka Kini Miliki Gedung Creative Center

“Kalau label halal belum, karena agak sulit untuk menempuh label tersebut. Butuh tempat pembuatan yang luas, penempatan bahan baku yang khusus dan lain-lain. Sedangkan kami baru bisa memproduksi dengan tempat yang ada,” ungkap Ming.

Pemasarannya dilakukan ke berbagai daerah secara langsung dna online, pasar tertinggi diantaranya adalah Bali, karena disana dia juga sempat memberikan pelatihan pembuatan minuman rempah buatannya selama sebulan, mulai memproses rempah hingga menyeduh dan menyajikan.

Selain itu pernah juga ke Jerman yang kesannya, konsumen di sana merasa aneh karena warga disana mengira rempah hanya dijadikan bumbu masak, namun ternyata bisa menghangatkan badan terlebih dimusim dingin.

Baca Juga: Uu Ruzhanul: Berharap Mesjid Al Jabar Dirawat Warga Majalengka

Untuk mengembangkan usahanya, dia berusaha mengajak anak funk lain karena dia ingin anak-anak fung bisa mengikuti jejaknya atau jejak yang lain sehingga dia tidak harus terus menerus berada di jalanan.

Terus menjadi anak jalanan dirasakannya tidak akan memiliki masa depan yang lebih baik sementara usia semakin bertambah dan butuh hidup normal.

Sayangnya menurut Ming, sejumlah anak jalanan yang diraihnya belum serius, waktu bekerja belum bisa menjadi prioritas yang harus dilakukan.

“Ada sekitar 6 orang yang saya ajak namun ternyata waktu bekerja belum bisa jadi prioritas mereka.” ungkap Ming yang mengaku ingin mengajak anak funklebih banyak lagi untuk ikut berusaha seperti dirinya.

Baca Juga: Butuh Layanan UGD di Cianjur? Berikut Daftar Rumah Sakit yang Bisa Dituju jika dalam Kondisi Darurat

Ming sendiri mengaku berada di jalanan sejak usia 15 tahun, dia pergi ke sejumlah daerah untuk mengamen yang tidak jelas tujuannya akhirnya. Lama di Jakarta bergaul dengan sejumlah anak funk lainnya, hidup terbawa arus kemanapun yang diinginkan dan diajak.

“Ketika usia itu dan masuk ke komunitas funk karena nmerasa tidak ada yang memberi pilihan, berhgaul dengan yang lain minim. Disana merasa ada,” ungkap Ming yang tubuhnya dipenuhi tato yang dibuat ketika bergabung dengan komunitas. Tato menajdi sebuah identitas dan membuat rasa percaya diri.

Setelah cukup lama berada di jalanan, sahabatnya masuk penjara, suatu saat dia bertemu dengan perempuan yang kini menjadi istrinya, dia kemudian terus membaca memory diri, melakukan kilas balik hingga berkeyakinan bahwa hidup harus terus berlangsung dengan lebih baik. Menjaga keluarga, memiliki keturunan yang baik, berjalanpun harus lebih baik.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Tags

Terkini

Terpopuler