ZONA PRIANGAN - Warga di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka lakukan ritual gerhana bulan (sunda:samagaha), ritual ini disebut uar.
Uar adalah hajat ketupat dan tangtangangin (kupat yang bungkusnya berasal dari daun bambu), ritual untuk mencegah bahla setelah kejadian gerhana, Kamis 2 Mei 2021 sore.
Upacara tersebut biasa dilakukan pada keesokan harinya setelah malamnya terjadi samagaha (gerhana bulan), uar dilakukan menjelang solat magrib, dan persiapan mulai pukul 17.30 WIB.
Baca Juga: Wakil Bupati Majalengka Telusuri Pekerja TKI yang Terancam Hukuman Mati di Dubai
Pada keesokan hari setelah terjadi gerhana bulan atau jika terjadi gerhana mata hari, warga di Desa Nunuk beramai-ramai membuat kupat keupeul, disebut kupat kepeul karena bentuknya kecil sebesar kepalan tangan anak-anak.
Kupat terbuat dari sehelai daun kepala sehingga bentuknya kecil. Selain membuat kupat warga itu membuat puluhan tangtangangin.
“Setiap rumah membuat belasan hingga puluhan kupat dan tangtangangin. Setelah ketupat dan tangtangangin matang, usai solat asar diserahkan kepada sesepuh desa atau kuncen untuk dijadikan sesajen para ritual, setelah semua kupat dan tangtangangin terkumpul kemudian di simpan menyebar di atas terpal atau pada jaman dulu tampir buleud (nyiru berukuran besar dimeter 2 meteran),” ungkap Sri Susilawati.
Menjelang magrib seluruh anak-anak berkumpul di depan kantor balai desa, sedangkan kupat dan tangtang angin disimpan di terpal kemudian anak-anak duduk melingkar menghadapi tangtangangin dan ketupan diang disimpan tak beratauran.