ZONA PRIANGAN - Maya Berlin (50) warga asal Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka menyulap batok (tempurung) kelapa menjadi sebuah karya seni nan unik berupa wayang, dan jika dikembangkan serta dipoles lebih baik kemungkinan bisa bernilai ekonomi tinggi.
Namun walaupun baru di buat dan dimainkan di komunitasnya, wayang-wayang tersebut menarik minat penonton dari kalangan anak-anak hingga remaja yang pada umumnya tidak begitu menyukai tontonan wayang.
Wayang yang dibuat Maya hampir sekemuanya berupa wayangberwajah buta, dengan mata yang melotot tajam atau buncelik, perut buncit yang kata orang sunda bureuteu, sebagian berambut gimbal ada juga yang lonong (tanpa rambut) serta bibir tebal dan jeding, kalaupun bibir tipis namun jebleh atau sedikit ke bawah, sehingga wayang sedikit menyeramkan karena semua wayang ala buta.
Baca Juga: Inilah 4 Keutamaan Melaksanakan Ibadah Qurban
Wayang yang dibuatnya sudah belasan buah. Wayang-wayang tersebut dipajang di sanggar milik Maya Berlin dan sesekali dimainkan sambil ditonton anak-anak sekitar dan sejumlah komunitas seni lainnya di Majalengka.
Menurut keterangan Maya Berlin yang berprofesi sebagai guru Kesenian di SMP 1 Majalengka, wayang-wayang yang kesemuanya berbahan tempurung kelapa ini berawal saat dirinya yang hampir setiap hari membeli air kepala di pedagang kepala muda tak jauh dari rumahnya, untuk menjaga kondisi tubuhnya disaat pandemi.
Tempurung kelapa berserakan menjadi sampah yang menumpuk dan sulit dihancurkan, kalaupun laku dijual harus sudah kering kepada pedagang tahu, itupun harganya sangat murah dan baru diangkut setelah bertumpuk hingga berkarung-karung.
Baca Juga: 7 Fakta Seputar Manfaat Kopi Hitam yang Berkhasiat untuk Menurunkan Berat Badan
Bahkan disaat PPKM Darurat, konsumen tidak bisa minum ditempat dan terpaksa harus dibawa pulang ke rumah.