Network
Mereka menyebutkan tidak mengetahui persis apa penyebab terjadinya kenaikan yang cukup tinggi tersebut, karena kalau alasanya harga pakan, kenaikan pakan sudah terjadi sejak dua bulan teerakhir, dan harga pakan selalu mengalami kenaikan sejak beberapa tahun terakhir demikian juga denga harga vitamin dan ayam petelur kini sudah seharga Rp 100.000 per ekor siap bertelur tiga minggu kemudian.
“Sejak dua bulan lalu harga pakan sekarung isi 50 kg sudah Rp 370.000 kg, semula harga hanya Rp 340.000. Vitamin juga naik Rp 5.000 dari Rp 35.000 ke Rp 40.000 ,” ungkap Eman.
Baca Juga: Ribuan Masker Digantung Sambut HUT RI, Warga: Semua orang sudah jenuh dengan kondisi Covid-19
Sejumlah pengecer telur menyebutkan, kenaikan harga telur dipicu oleh penyaluran BPNT yang hampir semua penyalur BPNT menyediakan telur ayam, daging ayam atau sapi. Meskipun yang mengalami kenaikan hanya komoditas telur karena daging ayam harga masih tetap Rp 38.000 per kg.
“Kalau telur mah banyak kebutuhan telur teh harga di apsaran naik, sedangkan daging ayam mah kebutuhan untuk BPNT tinggi teh pengaruh ke pedagang pasar malah sepi pembeli, karena pengadaan dagingnya langsung ke peternak bukan ke pedagang di pasar, jadi yang untuk ya peternak,” kata Cicih.
Sejumlah pedagang di pasar tradisional berharap, BPNT bisa diberikan kepada masyarakat dalam bentuk tunai, agar peredaran uang bisa menyebar ke pedagang kecil. Dengan BPNT yang lebih banyak menikmat uang adalah pedagang besar atau pemodal besar.
Baca Juga: Jelang HUT RI, Pengadilan Negeri Majalengka Mengajak Masyarakat Miliki Rasa Nasionalisme
“Lamun artos mah nu dipasihkeun ka rakyatna pan balalanja ka pasar, BPNT mah pan henteu, margi agen BRI Link meser langsung ka bandar,” ungkap Cicih.***
