Dua Remaja Asal Taiwan Ajari Warga Majalengka Menyaring Air Sungai Menjadi Air Bersih

- 18 Januari 2023, 10:00 WIB
Warga Majalengka antusias ketiak diberikan pelatihan oleh 2 remaja asal t=Taiwan mengenai pengoalah air bersih hingga tanah liat.
Warga Majalengka antusias ketiak diberikan pelatihan oleh 2 remaja asal t=Taiwan mengenai pengoalah air bersih hingga tanah liat. /Zonapriangan.com/ Rachmat Iskandar ZP


ZONA PRIANGAN - Mantan buruh migran di Blok Kaputren, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh. Kabupaten Majalengka dilatih beragam keterampilan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar mereka oleh dua remaja asal Taiwan, Sabtu (15/1/2023).

Para mantan pekerja migran yang pernah bekerja di Arab Saudi, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, Jepang hingga sejumlah negara Eropa ini cukup antusias mengikuti pelatihan dan mereka tidak terkendala bahasa walaupun instuktur menggunakan bahasa Inggris, Guoyu atau Mandarin.

Dua remaja asal Taiwan, Yi Pei Lee dan Keting Chen mengungkapkan, mereka ingin melatih masyarakat untuk memanfaatkan alam yang ada, diantaranya yang mereka latih adalah memanfaatkan tanah liat untuk dijadikan aneka barang berharga yang memiliki nilai seni dan ekonomi.

Baca Juga: Makam Keramat Dirusak, Dugaan Dilakukan oleh Orang yang Sedang Mencari Ilmu Kebatinan

“Masyarakat pada dasarnya telah mengetahui kalau tanah lempung bisa dijadikan untuk bahan keramik, bisa dijadikan piring, asbak, mangkuk, sendok dan sebagainya. hanya mereka tidak mengetahui bagaimana mengolahnya agar bisa berkualitas,” ungkap Yi Pei Lee.

Di sana dia berupaya untuk membimbing masyarakat membuat kerajinan. Menurutnya dia mengajak masyarakat untuk membuat semen bata sebagai campurannya serta abu sekam.

“Yang terpenting mereka diajak dulu sebagai dasar pengetahuan mereka bagaimana mencampur semen bata dan tanah serta abu, karena kalau hanya tanah tidak akan kuat demikian juga jika hanya dicampur abu sekam,” ungkapnya.

Baca Juga: Disdukcapil Cirebon Layani Adminduk sampai ke Pelosok Desa

Selain itu masyarakat juga diajari bagaimana mengolah air yang melimpah dari Sungai Cimanuk, tanpa masyarakat harus terus memanfaatkan air bawah tanah. Yi Pei Lee dan Keting Chen mengajak masyarakat untuk berekperimen melakukan menyaring air sunga menajdi air bersih dengan beragam cara.

Diantaranya adalah air keruh dicoba disaring dengan dedaunan kering, ada yang dengan menggunakan bubuk arang, tanah lempung, kain bekas, bata merah, sampah bambu, sampah daun pisang hingga sabut dan bulu domba.

Air dimasukan ke dalam ruas bambu yang telah berisi saringan dari arang, lempung, bata merah dan yang lainnya. Air kemudian diendapkan selama beberapa menit setelah itu airnya keluar dari ruas bambu bagian bawah yang telah dilubangi. Mereka kemudian diminta untuk membandingkan mana air saringan yang paling jernih.

Baca Juga: Ingin Belajar Ternak Sapi? Kunjungilah Tempat ini Secara Gratis

“Semua orang bisa mengolah air kotor arau air sungai menjadi bersih dengan teknolongi yang sangat sederhana. Tidak perlu alat canggih, karena bisa memanfaatkan sumber yang ada disekitar masyarakat itu sendiri,” ungkap Keting Chen.

Kedua remaja inipun akan mengajak masyarakat bagaimana mengolah teh menjadi minuman yang enak dan mewah.

“Kami akan ada di desa ini cukup lama, kami senang berada di sini masyarakatnya cukup hangat,” ungkapnya.

Baca Juga: Uu Ruzhanul: Berharap Mesjid Al Jabar Dirawat Warga Majalengka

Mereka mengaku tak mengalami kendala ketika harus melakukan komunikasi dengan berbagai bahasa termasuk bahasa Inggris, Korea atau Mandarin karena hampir semua ibu-ibu pasih berbahasa asing.

Siti Badriah, yayah dan Entang cukup antusias mengikuti kegiatan tersebut, mereka bersenda gurau dengan pei lee dan Chen dengan bahasa Inggris atau Taiwan.

Yi Pei Lee dan Keting Chen tinggaldi rumah warga setempat, mereka memberikan pelatihan kepada masyarakat bekerjasama dengan sanggar milik Amin Halimi dan Yahya Sunarya.

Baca Juga: Uu Ruzhanul: Berharap Mesjid Al Jabar Dirawat Warga Majalengka

Yahya dan Amin menyebutkan, banyak WNI yang berkunjung ke kampungnya dan menginap hingga berminggu-minggu bahkan bulan. Mereka betah berada di sana karena mudah melakukan komunikasi.

Di kampungnya banyak perempuan pasih berbahasa asing, ada yang mengasai tiga hingga empat bahasa asing, karena mereka mantan TKI ke negara Arab Saudi dan sejumlah negara Asia hingga Eropa seperti Jerman dan Prancis. Penjual lotekpun pasih berbahasa Arab, Korea dan Bahasa Inggris.

“Banyak mantan pekerja migran yang dulunya bekerja di Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, Korea, Jepang, Brunei Darussalam, Jerman atau Prancis. Lantaran mereka ada yang bekerja hingga puluhan tahun di negara yang berbeda, jadi wajar jika mereka pasih berbahasa asing. Ketika ada WNI datang langsung disambut hangat,” kata Yahya.

 

“Nya WNI baretaheun arulin ka sawah, sasapedahan, ngalotek,” ungkap Yahya yang mengkoordinir ibu-ibu dan bapa-bapa untuk berlatih keterampilan.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x