Eyang Dalem Ibrahim Cipatik, Ulama Bandung yang Mampu Membuat Tentara Belanda Kesemutan

- 24 Juli 2020, 06:05 WIB
GERBANG menuju makam Eyang Dalem Ibrahim di Kompleks Pemakaman Pataruman, Cipatik, Kabupaten Bandung Barat.*/DEDE SUHAYA
GERBANG menuju makam Eyang Dalem Ibrahim di Kompleks Pemakaman Pataruman, Cipatik, Kabupaten Bandung Barat.*/DEDE SUHAYA /

ZONA PRIANGAN - Di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Kampung Tambakan, Desa Cipatik, ada sebuah makam yang sering dikunjungi para peziarah.

Lokasinya berada di sebuah kompleks pemakaman umum Pataruman.

Di sini disemayamkan seorang ulama terkenal ahli tafsir, bernama Eyang Dalem Raden Ibrahim.

Baca Juga: Peristiwa Aneh, Sebuah Hanggar Besar di Area 51 Hilang Secara Misterius

Penduduk di sekitarnya tidak banyak yang mengetahui siapakah Eyang Dalem Ibrahim itu?

Bahkan mereka hampir tidak mengetahui di situ ada makam seorang ulama kenamaan.
Memang selama ini kurang sekali data yang akurat dan terpercaya mengenai sejarah kehidupan, silsilah, dan sepak terjang ulama solihin ini.

Pengetahuan mengenai Eyang Dalem Ibrahim selama ini hanya disampaikan dari mulut ke mulut oleh beberapa tokoh agama di masyarakat.

Baca Juga: Kapolres Ciamis Cek Kesiapan Pilkada Serentak di Pangandaran

Seperti diceritakan KH M. Muhyiddin Abdul Qadir Al-Manafi, MA pengasuh Pondok Pesantren Asy Syifaa' Wal Mahmuudiyyah Pamulihan Kab. Sumedang dalam sebuah kesempatan kunjungan ke makam ini.

Eyang Dalem Raden Ibrahim yang dilahirkan di Cipatik, memang sejak kecil sudah menunjukkan kelebihannya dibandingkan rata-rata anak seusianya.

Tentu saja karena ia mendapat didikan keagamaan dari bapaknya, Eyang Dalem Anggayudha, ulama terkemuka yang makamnya berada di Cicapar, Garut.

Baca Juga: Hyundai Venue iMT Jenis SUV Gearbox Manual Tanpa Kopling

Dan kakek beliau juga seorang ulama, Eyang Rangga Abdul Gholib yang dimakamkan di Ranca Panggung, Kec. Cililin, Kab. Bandung Barat.

Sejarah kelahiran dan masa kecil Raden Ibrahim tidak banyak diketahui, pasalnya tidak ada dokumen tertulis maupun bukti-bukti otentik, yang ada berupa dongeng dari mulut ke mulut.

Maka tidaklah aneh jika cerita masa kecil beliau dihiasi dengan cerita-cerita yang tidak masuk akal.

Baca Juga: Kopfa Kabupaten Bandung Bina 140 Anak Yatim Piatu

Bocah berumur beberapa tahun ini dikatakan telah memiliki kesaktian atau karomah, ia bisa menghilang dan juga bisa terbang saat dikepung masyarakat karena kenakalannya.

Menurut pimpinan Pondok Pesantren Asy Syifaa' Wal Mahmuudiyyah ini, Raden Ibrahim pernah menimba ilmu keagamaan atau masantren di Surabaya hingga berumur 50 tahun.

Selesai masantren ia menyebarkan ilmunya di Sumedang dan diminta oleh Pangeran Sumedang untuk menetap menjadi ulama di Sumedang.

Baca Juga: Amerika Khawatir Aplikasi TikTok Mencuri Data Pengguna

Namun Raden Ibrahim dengan halus menolaknya karena beliau ingin pulang kampung ke Cipatik untuk mendirikan pesantren sendiri dan menyebarkan ilmu agamanya.

Sebagai gantinya ia mengutus putranya KH Muhammad Hasan (Penghulu Buchori) untuk menjadi ulama di Sumedang sampai wafatnya, dan kini makamnya ada di kompleks pemakaman Gunung Puyuh Sumedang berdekatan dengan para pangeran Sumedang dan makam pahlawan nasional Cut Nyak Dien.

Eyang Dalem Ibrahim sebenarnya bukanlah seorang dalem (pemimpin politik di zaman kolonial Belanda).

Baca Juga: Jeon So Mi Mengaku Sebagai Orang Buangan di Sekolah Menengah

Faktanya ia menolak ketika akan diangkat sebagai dalem oleh Belanda, sehingga pihak Belanda merasa geram karena perintahnya ditolak.

Karena penolakan dari Eyang Ibrahim ini, Belanda mengancam akan memenjarakan sang ulama kharismatik ini.

Untuk membuktikan ancamannya tersebut pemerintah Belanda mengirimkan sepasukan tentara untuk menangkap Raden Ibrahim.

Baca Juga: Massa Bawa Satu Pohon Singkong ke Kejari Banjar, Apa Maksudnya?

Namun terjadi hal di luar nalar, seperti diceritakan KH M Muhyiddin Abdul Qadir Al-Manafi, MA, ketika pasukan tentara Belanda itu sampai di pertabasan Cipatik, tak seorang pun dari ratusan tentara tersebut mampu menjejakkan kakinya masuk melewati batas daerah Cipatik.

Mereka semua merasakan kakinya kesemutan saat memaksa masuk daerah Cipatik, sehingga upaya penangkapan ini gagal.

Namun tentara Belanda tak kehilangan akal, mereka pun mengerahkan ribuan pasukan tentara berkuda hanya untuk menangkap seorang ulama.

Baca Juga: Pembangunan jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap, Diharapkan Memberi Dampak Bagi Masyarakat Ciamis

Namun lagi-lagi pasukan berkuda itu gagal memasuki Cipatik, kali ini karomah Eyang Ibrahim menimpa para kuda yang membuat tunggangan tentara itu tiba-tiba mengamuk tanpa sebab, dan membuat pasukan tersebut kalang kabut tak keruan.

Akhirnya Belanda pun menyerah untuk tidak memaksa Raden Ibrahim menjadi dalem, dan meminta ulama Cipatik ini untuk merekomendasikan orang yang pantas untuk menjadi dalem di Cipatik.

Eyang Dalem Ibrahim pun menyetujuinya dan menunjuk adiknya Eyang Abdurrahman untuk diangkat sebagai dalem hingga keturunannya pun menjadi dalem-dalem di Bandung.

Baca Juga: Tebang Ratusan Pohon, Dua Warga Diamankan Polisi

Eyang Dalem Abdurrahman dimakamkan di Kampung Bojong, Kab. Bandung.

Eyang Dalem Ibrahim memiliki keturunan para ulama yang cukup berpengaruh seperti KH Muhammad Hasan (ulama besar Sumedang) dan KH Raden Muhammad Zarkasyi atau sering disebut Mama Cibaduyut yang terkenal saat memimpin perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Demikian sekilas sejarah dan karomah Eyang Dalem Ibrahim yang dimakamkan di Kampung Tambakan, Desa Pataruman, Cipatik Kab. Bandung Barat.

Baca Juga: Dinkes Bakal Rapid Test 3.000 Warga Subang

Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kita semua untuk meneladani kesalehannya dan semoga Allah SWT merahmati dan menerima segala amal baiknya. Aamiin.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x