Motif Macan Ali tidak bisa dibanah kalau itu pengaruh dari Arab (Islam), ada juga motif Mega Mendung dan Wadasan ini pengaruh Cina, sedangkan motif Kembang Teratai dan Kembang Kanigaran boleh jadi pengaruh dari India.
Menurut pengamat batik Cirebon, Made Casta, tradisi membatik pada awalnya dikerjakan anggota tarekat yang mengabdi kepada keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tersebut.
Baca Juga: Perjanjian Linggarjati, Belanda Ngotot Ingin Menguasai Bangunan Bekas Gubuk Janda Jasitem
Di Cirebon, para pengikut tarekat tinggal di Desa Trusmi dan sekitarnya seperti Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah, dan Panembahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Oleh karena itu, sampai sekarang batik Cirebon, identik dengan batik Trusmi. Masyarakat Trusmi sudah ratusan tahun mengenal batik.
Karena yang melakoni tradisi membatik merupakan anggota tarekat, maka hasil batik bukan sekadar karya seni dan industri.
Baca Juga: Saat Kolam Dikuras, Ikan Dewa di Cibulan Menghilang, Misteri Itu Belum Terpecahkan
Tapi ada simbol-simbol yang kental urusannya dengan keagamaan dan ada pesan yang disampaikan.
Ambil contoh di motif Megamendung yang sangat terkenal itu, ada cerita tentang perjalanan manusia. Megamendung juga perlambang keluasan dan keburuan.
Made Casta mengkemukakan, bentuk awan (mega) merupakan simbol dunia luas, bebas, dan transenden. Ada nuansa sufisme di balik motif itu.