Babarit, Tradisi Peninggalan Nenek Moyang Sebagai Ungkapan Rasa Syukur

- 23 Agustus 2020, 15:32 WIB
WARGA di Dusun Cipicung Desa Karangsari terus melestarikan budaya tradisional nenek moyang terdahulu setiap bulan Muharram melaksanakan syukuran bumi hasil pertanian atau disebut Babarit.*/MUSLIH SUPRIANTO/KABAR PRIANGAN
WARGA di Dusun Cipicung Desa Karangsari terus melestarikan budaya tradisional nenek moyang terdahulu setiap bulan Muharram melaksanakan syukuran bumi hasil pertanian atau disebut Babarit.*/MUSLIH SUPRIANTO/KABAR PRIANGAN /

ZONA PRIANGAN - Babarit, tradisi yang dilaksanakan setiap bulan Muharram kini hampir punah.

Babarit merupakan melaksanakan doa bersama di jalan dusun atau desa dalam memperingati tahun baru Islam.

Kegiatan itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan hasil bumi pada khususnya.

Baca Juga: Santri yang Hilang di Pantai Pasanggrahan Tasikmalaya, Ditemukan Oleh Tim SAR Gabungan

Warga desa yang masih melaksanakan tradisi Babarit, yakni di Desa Karangsari Kecamatan Padaherang.

Salah satu warga Dusun Cipicung Desa Karangsari, Abah (65) mengatakan tradisi Babarit merupakan prosesi diadakan pada waktu sore hari di bulan Muharram atau bulan Suro.

Bisanya dilaksanakan bertepatan dengan malam Kliwon, dalam penanggalan Jawa dengan hari yang sudah disepakati oleh masyarakat pendukungnya.

Baca Juga: Terbuat dari Limbah Plastik, Wayang Milenial Ada yang Bernama Rhoma Irama

"Babarit ini dilaksanakan setiap bulan Muharram atau bulan Suro," ungkap Abah, Minggu 23 Agustus 2020.

Halaman:

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x