"Kita bisa melakukan jumlah pekerjaan yang sama dengan lebih sedikit pekerja," tambahnya.
Rekan-rekan Sime Darby, seperti IOI Corp, Boustead Plantations dan FGV Holdings meningkatkan penggunaan drone untuk menyemprot tanaman dengan pupuk dan pestisida, memetakan kepemilikan perkebunan dan memantau kondisi pohon.
Sime Darby mengatakan sedang bekerja dengan mitra teknologi, tetapi tidak mengidentifikasi mereka. Boustead dan FGV tidak menanggapi permintaan komentar.
IOI mengatakan telah menggandakan anggaran 2022 untuk otomatisasi dan mekanisasi dari tahun lalu, sementara penggunaan mesin yang lebih besar seperti drone, gerobak dorong listrik, dan pemotong sawit bermotor telah membantu memangkas kebutuhan tenaga kerja hingga seperempatnya.
Produsen Malaysia berlomba untuk melakukan mekanisasi karena mereka menghadapi penurunan tahunan ketiga dalam output tahunan ketiga , bersama dengan kerugian yang diperkirakan mencapai 20 miliar ringgit atau sekitar Rp65,9 triliun, karena krisis tenaga kerja.
Hasil panen anjlok mendekati posisi terendah dalam 40 tahun pada tahun pemasaran 2020/21, memperburuk kekurangan global minyak nabati yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina.
Hampir 80% pekerja perkebunan Malaysia adalah migran, banyak yang direkrut dari negara tetangga Indonesia untuk melakukan pekerjaan memanen yang melelahkan, tetapi pembatasan pandemi menyebabkan kekurangan sekitar 120.000 pekerja tahun ini.
Dan pasokan diperkirakan akan semakin menyusut di tahun-tahun mendatang, membuat perekrutan menjadi lebih mahal.