Inilah Beberapa Faktor yang Membuat Kaum Milenial dan Gen Z Boros serta Sulit Menabung, Apakah Itu?

7 Februari 2022, 12:22 WIB
Ilustrasi menabung dan investasi sejak dini. Faktor-faktor inilah yang membuat kaum milenial dan gen Z boros dan sulit menabung. /Pixabay/Nattanan 23/

ZONA PRIANGAN – Di Indonesia, generasi milenial dan Gen Z dikatakan memiliki kemampuan manajemen keuangan yang payah akibat gaya hidup yang cenderung lebih boros, sulit menabung, serta tidak terlalu mempedulikan investasi untuk kebutuhan mendatang.

Ada beberapa faktor yang membuat kaum milenial dan Gen Z ini boros dan sulit menabung.

Faktor tersebut sangat mempengaruhi mereka dalam hal mengelola keuangannya di kehidupan sehari-hari demi menunjang gaya hidup mereka.

Baca Juga: Karena 'Bunga Desa' yang Satu Ini, Kabupaten Bandung Kini Bisa Garap Potensi Daerahnya untuk Hasilkan Solusi

Faktor-faktor tersebut diantaranya seperti akses internet yang memperbolehkan kita melihat dunia yang lebih luas.

Selain itu juga karena e-commerce yang mendemokratisasi pembelian barang antar kota, provinsi dan bahkan negara.

Influencer sekaligus investment storyteller, Felicia Putri Tjiasaka, mengatakan bahwa dengan dua kemudahan ini, milenial dan Gen Z cenderung lebih banyak mau dan kemudian hidup boros.

Baca Juga: Penyebaran Covid-19 Hingga Hari Ini Bertambah 36.057 Kasus, Syahrir: Putus Mata Rantai dengan Aksi Nyata

"Tren seperti FOMO (Fear of Missing Out) dan YOLO (You Only Live Once) yang marak di media sosial, serta tantangan menjadi generasi sandwich (generasi yang harus menanggung hidup orang tua, diri sendiri, dan anak atau adik-adik), membelenggu banyak generasi muda," katanya dalam acara talk show bertema "Hidup Minimalis untuk Masa Depan Maksimal" dan peluncuran Sampoerna Mobile Banking yang diadakan secara virtual belum lama ini.

Di satu sisi, lanjut Felicia, para generasi muda ini cenderung lebih paham dan teredukasi dengan investasi terkini.

"Tapi mereka lebih sulit mengatur mindset dan psikologis terkait tren seperti FOMO dan YOLO, jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya," paparnya.

Baca Juga: Rayan, Bocah Maroko yang Terperangkap di dalam Sumur Akhirnya Meninggal Dunia

Menurut Felicia, hal ini mungkin karena faktor usia yang masih muda dan belum melewati banyak krisis ekonomi.

"Karena itu, Gen Z dan milenial perlu belajar menahan diri terhadap godaan sesaat, memperbaiki mindset investasi dengan menghargai proses dan juga belajar untuk konsisten," ujarnya.

Salah satu cara untuk memastikan keuangan yang sehat dan masa depan finansial aman, tambah Felicia, adalah dengan hidup secukupnya, membuat anggaran harian, bulanan, dan tentunya memiliki tabungan plus dana darurat.

Baca Juga: 'Ikatan Cinta' Senin 7 Februari 2022: Andin Bunuh Harapan Nino, Reyna Tetap Menganggap Al Ayah Sejatinya

Sementara itu, pelaku gaya hidup minimalis, Olga Agata, menyampaikan manfaat dari yang ia sebut sebagai mindful living.

"Gaya hidup minimalis bukan serta merta tentang memakai baju warna monokrom dan memiliki sedikit barang. Lebih dari itu, perlu kesadaran untuk mengenal kebutuhan diri sendiri, melepas keterikatan yang tidak diperlukan dan “hadir” dalam setiap pengambilan keputusan," katanya.

Dengan begitu, lanjut Olga, setiap pengeluaran menjadi lebih bijaksana dan setiap pemasukkan senantiasa memberikan rasa cukup.

Baca Juga: Ibu-ibu Tak Perlu Menangis Lagi Saat Mengiris Bawang, Coba Rasakan Sensasi Bawang Sunion

"Dengan rasa cukup, kita jadi tidak mudah merasa iri dengan kehidupan orang lain yang kita lihat dari media sosial," tambahnya.

Finance & Business Planning Director, Bank Sampoerna, Henky Saputra, menyatakan bahwa belajar dari krisis ekonomi yang mendadak terjadi, seperti pandemi Covid-19, menjadi sangat pentingnya hidup terencana, seperti memiliki tabungan dan hidup hemat.

"Kami ingin membantu menyiapkan generasi milenial sebagai penggerak perkonomian di masa depan dengan memperkenalkan mereka kepada gaya hidup minimalis sebagai salah satu cara untuk belajar bijak dalam pengeluaran dan mengelola keuangan mereka tanpa perlu merasa takut ketinggalan tren," paparnya.

Baca Juga: Pasukan Elit SAS Inggris Sudah Tiba di Ukraina, Bantu Pertahanan dari Serangan Rusia

Pola pikir ini, menurut Henky, diharapkan dapat meminimalisir risiko finansial mereka akibat situasi ekonomi yang dapat memburuk kapan saja dan secara mendadak pada masa mendatang.

"Dana pihak ketiga berupa tabungan yang berhasil dihimpun Bank Sampoerna per September 2021 sendiri tumbuh sebesar 18% menjadi Rp1,4 triliun jika dibandingkan posisi yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,2 triliun," katanya.

Sementara, lanjut Henky, pertumbuhan transaksi digital bank mereka menunjukkan tren yang sangat baik. Meski tidak terlepas dari dampak penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, jumlah transaksi digital terus bertumbuh dan hingga September 2021 mencapai sebesar 23,8 juta transaksi atau meningkat hampir 3 (tiga) kali lipat dibandingkan dengan jumlah transaksi pada sembilan bulan pertama tahun 2020.

Lebih lanjut Henky mengatakan, Sampoerna Mobile Banking hadir untuk membantu generasi muda mengelola keuangan mereka secara digital dengan mudah dan praktis, serta mengajak mereka rajin menabung dengan menghadirkan produk tabungan Sampoerna Mobile Saving.

"Dengan menabung di kita, nasabah akan mendapatkan poin undian yang akan diundi setiap bulan, serta undian grand prize setiap triwulanan, dengan total hadiah tiga miliar rupiah," pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah

Tags

Terkini

Terpopuler