"Yang belinya datang pagi-pagi semua. Jadi kalau ada yang datang agak siangan, kasihan suka tidak kebagian," ujar Ibu Lilis.
Karakter pelanggan Ibu Lilis juga macam-macam. Ada yang pesan dan menyimpan uang dulu, baru mengambil nasi kuningnya agak siangan setelah berolah raga.
Baca Juga: Warga Desa Lumbu Masih Menurut Pesan Sesepuh, Tidak Berani Tebang Pohon Bambu Sembarang Waktu
Ada juga, minta makan di tempat. Keruan saja Ibu Lilis harus mengeluarkan piring dan menyediakan minuman.
"Ada pelanggan namanya Galih. Dia kalau beli tidak dibawa ke rumah. Maunya minta makan di sini. Terus kalau beli, langsung dua porsi. Bilangnya enak, jadi maunya nambah terus," tutur Ibu Lilis menceritakan seorang pelanggannya.
Sebelum larangan berjualan disebarkan, tiap hari Ibu Lilis membuat nasi kuning dengan takaran 2kg.
Baca Juga: Legenda Rakyat, Air Terjun Mursala Berasal dari Tangisan Seorang Putri
Namun setelah larangan berjualan dicabut dan memulai lagi berjualan, Ibu Lilis tidak berani membuat nasi kuning dalam jumlah banyak. Dia khawatir pembelinya masih sepi, takut terkena virus corona.
"Sekarang mah, cuma membuat satu kilogram dulu. Mau tahu respons pembeli bagaimana. Keadaannya masih belum normal. Nanti kalau sudah biasa lagi, porsi jualan nasi kuningnya kembali ke semula," tuturnya.***