Tidak Pernah Mengeluh, di Usia Senja Ibu Lilis Semangat Jualan Nasi Kuning

- 12 Agustus 2020, 07:45 WIB
IBU Lilis tetap semangat berjualan nasi kuning di usianya yang tidak muda lagi.*/PARAMA GHALY
IBU Lilis tetap semangat berjualan nasi kuning di usianya yang tidak muda lagi.*/PARAMA GHALY /

ZONA PRIANGAN - Selama masa pandemi Covid-19 banyak sektor yang terdampak dan memunculkan masalah sosial.

Sejumlah perusahaan goyah, ribuan pekerja dirumahkan, hal sama menimpa pada pelaku UMKM.

Pelaku UMKM yang sempat tidak bisa melakukan aktivitas karena khawatir terpapar Covid-19, akhirnya kelimpungan.

Baca Juga: Jadi Pedagang Kerupuk Itu Rumit, Harus Kerja di Pabrik Tanpa Upah, Begitulah Nasib Orang Kecil

Mereka tidak punya pendapatan, di sisi laih kebutuhan hidup sehari-hari harus dipenuhi.

Namun, kini mereka terpaksa beraktivitas lagi untuk mencari nafkah. Penjual sayur, pedagang serabi hingga tukang jamu sudah membuka dagangannya.

Termasuk Ibu Lilis, yang biasa menjual nasi kuning, kini melayani pelanggannnya lagi.

Baca Juga: Peternak Bebek Makin Sedikit, Usaha Telur Asin Ibu Suryati Terancam

Sebelumnya, nasi kuning Ibu Lilis yang sudah terkenal di Kompleks Riung Bandung, sempat tidak tercium lagi aromanya.

Kini Ibu Lilis tidak tahan menghentikan aktivitasnya sebagai penjual nasi kuning. Apalagi setiap hari, para pelanggannya berdatangan, sambil bertanya mengapa tidak berjualan?

Di sisi lain, dia juga perlu membantu suami, Bapak Hari yang cuma mengandalkan jualan gas melon (3kg).

Baca Juga: Omid Nazari Sangat Menggebu untuk Merumput Bersama Persib

Tidak setiap hari ada orang yang beli gas, sementara kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. Akhirnya modal jualan tergerogoti untuk makan dan keperluan primer lainnya.

Terdesak uang simpanan sudah habis, modal terus berkurang, Ibu Lilis akhirnya memenuhi keinginan para pelanggannya untuk kembali jualan nasi kuning.

Selain dikenal cita rasanya enak, nasi kuning Ibu Lilis dibandrol sangat murah.

Baca Juga: Sekolah Libur Panjang, Pelaku Usaha Jasa Antar Jemput Siswa Kini Menderita

Pelanggan sudah bisa mendapatkan satu porsi nasi kuning Ibu Lilis dengan harga Rp 6.000,00.

Harga itu juga setelah melewati belasan tahun. Waktu awal-awal berjualan, Ibu Lilis malah mematok harga Rp 3.000,00.

Keuletan Ibu Lilis dalam berusaha secara mandiri patut diacungi jempol. Dia tidak pernah mengeluh.

Baca Juga: Roti Unyil Cucu Sumiati Mulai Dikenal di Cimahi

Dalam kesederhanaannya, pantang bagi dia untuk meminta-minta. Walau usianya semakin senja, semangatnya patut dicontoh.

Seusai salat Shubuh, dia sudah meracik adonan nasi kuning. Pukul 05.30 dia sudah mengeluarkan dasaran di depan rumahnya.

Para pelanggannya yang sudah hafal, pasti langsung memesan. Biasanya ibu-ibu yang tak sempat masak, membeli nasi kuning Ibu Lilis, untuk sarapan anaknya yang mau berangkat sekolah pagi.

Baca Juga: Ceker Mercon Neng Dinda, Dikenal di Kalangan Pegawai Negeri

Ibu Lilis merasa beruntung, suaminya sering membantu mempersiapkan segala macam terkait penjualan nasi kuning.

Bantuan Bapak Hari berupa menggoreng kerupuk hingga mengemasnya, menggoreng bawang hingga ikut membantu memasukan nasi pesanan pelanggan ke kantong plastik.

Durasi jualan Ibu Lilis juga tidak terlalu lama. Pukul 06.30 kadang sudah habis. Pelanggan yang datang pukul 07.00 kadang tidak kebagian.

Baca Juga: Perjanjian Linggarjati, Belanda Ngotot Ingin Menguasai Bangunan Bekas Gubuk Janda Jasitem

Kalaupun ada sisa, paling satu atau dua porsi saja, sedangkan pembeli kadang ada yang pesan sampai lima porsi.

"Yang belinya datang pagi-pagi semua. Jadi kalau ada yang datang agak siangan, kasihan suka tidak kebagian," ujar Ibu Lilis.

Karakter pelanggan Ibu Lilis juga macam-macam. Ada yang pesan dan menyimpan uang dulu, baru mengambil nasi kuningnya agak siangan setelah berolah raga.

Baca Juga: Warga Desa Lumbu Masih Menurut Pesan Sesepuh, Tidak Berani Tebang Pohon Bambu Sembarang Waktu

Ada juga, minta makan di tempat. Keruan saja Ibu Lilis harus mengeluarkan piring dan menyediakan minuman.

"Ada pelanggan namanya Galih. Dia kalau beli tidak dibawa ke rumah. Maunya minta makan di sini. Terus kalau beli, langsung dua porsi. Bilangnya enak, jadi maunya nambah terus," tutur Ibu Lilis menceritakan seorang pelanggannya.

Sebelum larangan berjualan disebarkan, tiap hari Ibu Lilis membuat nasi kuning dengan takaran 2kg.

Baca Juga: Legenda Rakyat, Air Terjun Mursala Berasal dari Tangisan Seorang Putri

Namun setelah larangan berjualan dicabut dan memulai lagi berjualan, Ibu Lilis tidak berani membuat nasi kuning dalam jumlah banyak. Dia khawatir pembelinya masih sepi, takut terkena virus corona.

"Sekarang mah, cuma membuat satu kilogram dulu. Mau tahu respons pembeli bagaimana. Keadaannya masih belum normal. Nanti kalau sudah biasa lagi, porsi jualan nasi kuningnya kembali ke semula," tuturnya.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x