Inilah Cara Mengubah Kebiasaan Makan Anak yang Salah Lewat Penerapan Mindful Parenting

19 Oktober 2021, 08:38 WIB
Inilah cara mengubah kebiasaan makan anak yang salah lewat penerapan Mindful Parenting. /Pixabay/

ZONA PRIANGAN – Dalam setiap pembahasan tentang tumbuh kembang anak yang menjadi point penting adalah parenting atau pola pengasuhan anak sejak usia dini.

Karena dengan keberhasilan parenting tidak hanya akan menentukan bagaimana masa depan anak kelak, namun juga masa depan bangsa.

Terlebih, dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia akan mengalami bonus demografi.

Baca Juga: Badan Sudah Kurus, Adele Tetap Doyan Makan dan Masih Hafal Masakan Inggris walau Matanya Tertutup

Seperti yang terungkap dalam webinar parenting yang digagas Komunitas Menata Keluarga (eMKa) dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), yang dilaksanakan secara virtual beberapa waktu lalu.

Dalam webinar tersebut konsep 'Mindful Parenting' dikenalkan sebagai salah satu metode parenting yang efektif untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik pada anak sejak dini.

Founder Komunitas Menata Keluarga, Melly Amaya Kiong, menjelaskan konsep Mindful Parenting yang fokus pada kesadaran orang tua dalam mengasuh anak.

Baca Juga: Emma Watson Mengenakan Pakaian Daur Ulang dan Menarik Perhatian dalam Acara Earthshot Prize

"Mindful parenting yaitu pola asuh orangtua dengan kesadaran penuh dalam memberikan perhatian dan tidak memberikan penilaian negatif terhadap pengalaman anak. Parenting dalam metode ini juga untuk menghindarkan orangtua dari stres yang diakibatkan pengasuhan (parenting stress), mampu menghargai pendapat dan tindakan anak, mampu melaksanakan peran sebagai orangtua, dan menjalin hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak," katanya.

Metode Mindful Parenting ini, lanjut Melly, juga efektif diterapkan untuk membiasakan anak dalam mengkonsumsi makanan dan minuman sehat.

"Contohnya saat anak minta es krim, ibu bisa tegaskan ‘mama kasih es krim karena kamu tidak batuk’, atau ‘karena kamu sedang batuk, mama tidak kasih es krim kali ini’, ini bisa diulang-ulang sehingga akhirnya anak paham dengan sendirinya. Cara-cara tidak menghakimi ini yang perlu orang tua terapkan untuk banyak aspek," ungkapnya.

Baca Juga: Bocah-Bocah Multi-Jutawan dengan Kekayaan Melimpah dari Kiprah Media Sosial dengan Bejibun Pengikut

Sementara anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Ali Alhadar, mengatakan pemantauan tumbuh kembang anak harus dilakukan dengan baik dan benar, dengan memperhatikan pemberian ASI dan MPASI nya. Orang tua sebaiknya tidak memberikan peluang terhadap makanan dan minuman yang tinggi kandungan gula garam lemak (GGL), seperti susu kental manis.

"Harusnya ini peran pemerintah membuat kampanye untuk tidak memberikan susu kental manis pada anak karena angka kandungan gizinya sangat jauh dari kebutuhan protein anak, sementara proteinnya sangat sedikit dalam susu kental manis ini, nanti nggak cukup. Kalau anak minum susu kental manis, nanti rasa kenyang yang timbul, dan anak jadi susah makan. Intinya susu kental manis tidak lagi diberikan untuk rutinitas anak. Mengenai ini, masyarakat dapat mencari informasi yang terpercaya dari webiste IDAI,” tegas Ali Alhadar.

Selain itu, aktivis perempuan Rahayu Saraswati yang hadir dalam kesempatan tersebut turut membagikan pengalamannya mengenai parenting dan kebiasaan mengkonsumsi susu anak-anaknya.

Baca Juga: Squid Game dalam Kehidupan Nyata Terjadi di China, Pembangkang Dieksekusi dan Diambil Organ Tubuhnya

“Memang sebaiknya agar masyarakat sehat, susu kental manis tidak lagi diberikan untuk anak-anak kita,” jelasnya.

Menurut Sara, parenting bukan hanya menjadi tanggung jawab ibu, tapi juga tanggung jawab ayah.

"Jadi kalau kita bicara bonus demografi, dan juga permasalahan stunting yang masih di angka 30%, ini fokusnya bukan di anak, tapi di ibu," ujarnya.

Sara memaparkan, sebelum menyayangi anak, sebagai orang tua harus menyayangi dirinya sendiri, bagaimana asupan gizi sebagai ibu cukup sehingga ASI yang diberikan kepada anak juga bagus.

"Bagaimana suami memperlakukan istri dengan baik sehingga ibu mendapat dukungan secara psikis, ibu terhindar dari stress, sehingga turut menjadikan proses memberikan ASI menjadi lancar, anak tumbuh dengan baik," pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah

Tags

Terkini

Terpopuler