ZONA PRIANGAN - Peter Fouche asal Inggris bergabung dengan Batalyon Saint Michael the Archangel dari Ukraina.
Bersama Legiun Asing lainnya, Peter Fouche pergi ke Donetsk bertempur melawan pasukan Vladimir Putin.
Pria berusia 47 tahun asal Fulham, London barat beberapa kali lolos dari upaya penyergapan pasukan Moskow.
Baca Juga: Pasukan Rusia Hancurkan Gudang Amunisi Ukraina di Ternopil, Pasokan Senjata dari NATO Tersendat
Dia sebenarnya sudah kembali ke Inggris, namun darahnya kembali mendidih ketika mendengar dua rekannya Shaun (48) dan Aiden (28) terancam hukuman mati di Donetsk.
Kasus yang menimpa Shaun dan Aiden membuat Peter Fouche tergerak untuk kembali ke Ukraina setelah 3 bulan bertempur.
Peter Fouche tidak hanya diizinkan oleh Nikola putrinya yang berusia 13 tahun, tapi juga dia akan membawa rekrutan lain untuk membela Ukraina.
Menurut Peter Fouche, tindakan Rusia yang akan menghukum mati warga Inggris justru memicu warga lainnya tergerak membela Ukraina .
"Saya yakin lebih banyak orang untuk bergabung dengannya di garis depan membela Ukraina," kata Peter Fouche yang dikutip Mirror.
Sementara Pemerintah Inggris sudah mengeluarkan peringatan agar tidak mengambil tindakan berbahaya seperti itu.
Baca Juga: 20 Wanita Rusia Dipaksa Telanjang, Mereka Jadi Objek Pelecehan Saat Dituduh Menentang Vladimir Putin
Peter terbang ke Heathrow pada hari Jumat setelah menghabiskan tiga bulan membela negara yang dilanda perang.
Berbicara beberapa menit setelah mendarat di Heathrow, Peter berkata: “Anak-anak dibunuh. Itu menyentuh akord yang kuat dengan saya sebagai seorang ayah."
"Saya memberi tahu putri saya bahwa saya sedang berpikir untuk pergi, dan dia berkata, 'Pergilah, Ayah, tetapi pastikan Anda kembali.' Saya sangat mencintai anak saya dan saya tidak ingin siapa pun di dunia ini mengalami rasa sakit karena kehilangan milik mereka,” uapnya.
Baca Juga: Pantai Ini Tidak Aman bagi Turis, Seorang Tewas di Depan Anak dan Istrinya Ketika Nekat Berenang
Peter percaya kemarahan atas perintah eksekusi untuk Shaun dan Aiden memacu orang Inggris lainnya – terutama tentara dan veteran – untuk bergabung dalam pertempuran.***