Misteri Reptil Berleher Panjang Berusia 242 juta Tahun Akhirnya Terpecahkan

7 Agustus 2020, 23:37 WIB
Leher Tanystropheus tiga kali panjang tubuhnya, dan tinggalnya di samudera.*/UZH /

ZONA PRIANGAN - Misteri bagaimana reptil berusia 242 juta tahun dengan leher tiga kali panjang tubuhnya akhirnya terpecahkan setelah rekonstruksi tiga dimensi (3D) pada tengkoraknya, terungkap hewan ini hidup di samudera.

Fosil Tanystropheus genus ini ditemukan pada tahun 1852 dan telah menjadi teka-teki para ilmuwan sejak ditemukannya, para pakar tidak bisa menjelaskan bagaimana makhluk ini bisa menyokong lehernya yang panjang bila berkeliaran di daratan selama periode Triasik tengah.

Namun sebuah studi terbaru yang dilakukan Universitas Zurich di Swis telah ditunjukan bahwa makhluk ini, yang panjangnya hampir 20 kaki, hidup di air dan secara mengejutkan bisa beradaptasi dengan mudah.

Baca Juga: Ditemukan Bangkai Mammoth di Danau Siberia, 10.000 Tahun Setelah Kematiannya

Lubang hidung yang berada di puncak moncong dan gigi yang melengkung sangat sempurna beradaptasi untuk menangkap mangsa yang licin seperti ikan dan cumi-cumi.

Tanystropheus genus juga ber-evolusi menjadi dua spesies yang berbeda, satu lebih besar dari yang lainnya.

“Tanystropheus terlihat seperti buaya gemuk dengan leher yang sangat panjang, Leher tersebut tidak akan berguna di lingkungan darat, ini struktur yang janggal untuk dibawa-bawa,” kata Olivier Rieppel, seorang paleontolog dari Field Museum di Chicago, Amerika Serikat, seperti dikutip dailymail.co.uk, belum lama ini.

Baca Juga: Waspada Suatu Saat Para Penjahat Memanfaatkan Robot untuk Mencuri

Spesies Tanystropheus terbesar ukuran panjang totalnya lebih dari 16 kaki, lehernya lebih dari 7,5 kaki, tubuh 2,2 kaki dan ekor 6,5 kaki, Semula para paleontolog mengira Tanystropheus adalah pterosaurus terbang seperti pterodactyl.

Dalam studi ini, tengkorak Tanystropheus direkonstruksi secara rinci menggunakan synchrotron radiation micro-computed tomography (SRμCT), bentuk paling kuat dari pemindaian CT.

“Dari pemindaian CT yang kuat ini memungkinkan kita melihat secara detail apa yang tidak mungkin diobservasi dalam fosil,” kata pemimpin studi Stephan Spiekman dari Universitas Zurich.

Baca Juga: Astronot NASA Berhasil Mendarat di Laut Setelah 2 Bulan di Stasiun Antariksa Internasional

“Dari tengkorak ini kita bisa merekonstruksi secara lengkap 3D tengkoraknya, dengan mengungkapkan detail morfologi yang menentukan,” tambahnya.

Dengan secara digital hasil pindaian disusun ulang, dan akhirnya para peneliti menemukan bukti bahwa binatang ini tinggal di air. ***

Editor: Didih Hudaya ZP

Tags

Terkini

Terpopuler