Militansi Houthi Diyakini Menyebabkan Tewasnya Tiga Tentara AS dalam Serangan Drone di Yordania

29 Januari 2024, 08:17 WIB
LEWIS B PULLER (ESB 3) melakukan penyitaan malam hari pada tanggal 11 Januari terhadap sebuah kapal yang secara ilegal mengangkut bantuan canggih yang mematikan dari Iran untuk memasok kembali pasukan Hothi di Yaman.* /U.S. Central Command/UPI/ File Photo

ZONA PRIANGAN - Tiga anggota militer Amerika Serikat (AS) tewas dan 25 lainnya terluka akibat serangan pesawat tak berawak (drone) di Yordania, demikian pernyataan Gedung Putih.

Tiga tentara yang tewas adalah korban militer Amerika pertama yang terkait dengan eskalasi regional perang yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel setelah serangan mendadak milisi Palestina terhadap Israel yang didukung AS yang menewaskan 1.200 orang pada 7 Oktober lalu.

Hamas menyalahkan serangan tersebut atas tewasnya ratusan warga Palestina yang dibunuh oleh Pasukan Pertahanan Israel dan pemukim ilegal Israel di Tepi Barat, serta berbagai penggerebekan yang dilakukan oleh polisi terhadap Masjid Al-Aqsa dan penahanan massal warga Palestina.

Baca Juga: 'Kamikaze Drone' UAV Milik Pemberontak Houthi Serang Abu Dhabi, Tanker Minyak Meledak Bandara Membara

"Meskipun kami masih mengumpulkan fakta-fakta dari serangan ini, kami tahu bahwa serangan ini dilakukan oleh kelompok-kelompok militan radikal yang didukung oleh Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak," ujar Presiden Joe Biden dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Minggu oleh Gedung Putih.

"Para anggota layanan ini mewujudkan yang terbaik dari bangsa kita: Tak tergoyahkan dalam keberanian mereka," lanjut Biden, seperti dikutip dari UPI.com, 28 Januari 2024.

"Tak tergoyahkan dalam tugas mereka. Tak tergoyahkan dalam komitmen mereka terhadap negara kita - mempertaruhkan keselamatan mereka sendiri demi keselamatan sesama warga Amerika, serta sekutu dan mitra kita yang bersatu dengan kita dalam memerangi terorisme. Ini adalah perjuangan yang tidak akan kami hentikan."

Baca Juga: Arab Saudi Lepaskan Bom Menghancurkan Stasiun Bumi untuk Satelit Milik Houthi di Sanaa, Yaman

Seorang juru bicara mengatakan kepada Jordan TV, lembaga penyiaran publik Yordania, bahwa serangan tersebut menargetkan pangkalan al-Tanf di Suriah.

"Pangkalan itu berada di luar perbatasan kami," kata juru bicara Yordania.

Pentagon mengatakan pada hari Minggu lalu bahwa dua anggota Navy SEAL diduga tewas setelah mereka menghilang 10 hari sebelumnya dalam sebuah operasi di Laut Merah untuk mencegat senjata dari Iran yang diperkirakan akan dikirimkan kepada para pejuang Houthi.

Baca Juga: Sebanyak 6 Juta Pil Captagon yang Sangat Adiktif Disita Bea Cukai di Perbatasan Yordania-Irak

Houthi adalah kelompok militan yang telah berperang dalam perang saudara sejak tahun 2014 melawan pemerintah Yaman yang didukung oleh Arab Saudi.

Selain terlibat dalam perang saudara di Yaman, Houthi adalah kelompok yang anti-imperialis dan telah menargetkan kapal-kapal pengiriman di tengah-tengah perang Israel.

Kematian pada hari Minggu merupakan korban tewas pertama yang diketahui dari pihak AS dalam kampanye Amerika melawan Houthi.

Baca Juga: Konflik Israel-Hamas: Analisis 100 Hari Terakhir Perang dan Dampaknya

Pasukan AS yang ditempatkan di wilayah tersebut telah menghadapi setidaknya 150 serangan oleh militan yang didukung Iran sejak perang dimulai.

Amerika Serikat memiliki 2.000 tentara yang ditempatkan di pangkalan udara di Azraq, Yordania, dan pasukan Operasi Khusus untuk pangkalan AS di pangkalan Al Tanf yang menjadi pusat serangan mematikan.

Baca Juga: Dua Warga Palestina Tewas oleh Pasukan Israel dalam Baku Tembak di Tepi Barat

Pasukan Amerika telah ditempatkan di sana untuk menggagalkan ISIS. Biden mengatakan dalam pernyataannya bahwa fokus pemerintahannya akan tetap membawa keadilan dan perdamaian di wilayah tersebut, dengan mengenang para prajurit yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak tersebut.

"Kami akan meneruskan komitmen mereka untuk memerangi terorisme dan jangan ragu, kami akan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab pada waktu dan dengan cara yang kami pilih," ujar Biden, memperingatkan.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: UPI.com

Tags

Terkini

Terpopuler