Efek fisiologi positif ini kemungkinan besar digunakan juga oleh spesies ikan lainnya di seluruh dunia, menurut para pakar, ini kemungkinan sebuah pengecualian dari mayoritas spesies ikan yang bisa musnah dengan meningkatnya level CO2.
Ketika karbondioksida memasuki samudera, gas ini akan bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang memicu pada pengasaman samudera.
Bila kebanyakan CO2 di perairan masuk ke aliran darah ikan, bisa menyebabkan kehilangan fungsi-fungsi fisiologi seperti pernafasan, sirkulasi, dan metabolisme.
Baca Juga: Cina Mengerahkan Drone Bawah Air En Masse di Samudra Hindia untuk Intelejen
Meningkatnya CO2 dalam darah ini bahkan bisa menyebabkan hilangnya indra penciuman pada ikan, yang membahayakan pada kemampuan hewan air ini untuk berburu,menghindari predator dan menemukan tempat yang cocok untuk bertelur.
Namun demikian, para peneliti mengatakan efek tidak langsung dari meningkatnya CO2 saat ini belum banyak diketahui dan perlu studi lebih lanjut.
“Menghangatnya samudera akan menyerap sekitar sepertiga dari penambahan CO2 yang dilepaskan ke atmosfer dari emisi-emisi karbon, sehingga lautan akan menjadi asam,” ujar Profesor Ivan Nagelkerken dari Universitas Adelaide, Australia, yang memimpin penelitian ini.
Baca Juga: 5 Cara Jitu Budidaya Alpukat Aligator, Manfaatkan Pekarangan Rumah
“Kita tahu bahwa kebanyakan spesies terpengaruh secara negatif dalam perilaku dan fisiologi dengan terjadinya pengasaman di samudera.
Tapi kita menemukan bahwa pada spesies ikan beriklim sedang, triplefin, jantan dan betinanya memiliki gonad (alat reproduksi) yang lebih besar di bawah kondisi asamnya lautan. Ini berarti meningkatnya produksi telur dan sperma dan begitu pula keturunannya,” tambah Nagelkerken.