Efektifitas Vaksin Corona Johnson & Johnson Capai 66 Persen, Terbaik Bagi Afrika Selatan Lawan Strain Mutan

- 2 Februari 2021, 05:30 WIB
Efektifitas vaksin corona Johnson & Johnson mencapai 66 persen, vaksin terbaik bagi Afrika Selatan untuk melawan strain mutan dan dapat mencegah rawat inap dan kematian.
Efektifitas vaksin corona Johnson & Johnson mencapai 66 persen, vaksin terbaik bagi Afrika Selatan untuk melawan strain mutan dan dapat mencegah rawat inap dan kematian. /NDTV.com/

ZONA PRIANGAN - Pihak Johnson & Johnson (J&J) pada Jumat, 29 Januari 2021 mengatakan bahwa tingkat efektifitas dari vaksin dosis tunggalnya mencapai 66 persen.

Dalam uji coba terhadap hampir 44.000 sukarelawan, tingkat perlindungan terhadap virus corona sedang dan parah bervariasi dari 72 persen di Amerika Serikat, hingga 66 persen di Amerika Latin dan hanya 57 persen di Afrika Selatan.

Standar tinggi telah ditetapkan oleh dua vaksin resmi dari Pfizer/BioNTech dan Moderna, efektifitasnya sekitar 95 persen dalam mencegah gejala penyakit dalam uji coba penting ketika diberikan dalam dua dosis.

Baca Juga: Lima Merchant ShopeePay Terbaru Minggu ini Siap Dukung Hobi Kamu

Baca Juga: 3.920 Vaksin Sinovac Tiba di Kabupaten Majalengka

Uji coba tersebut, dilakukan di Amerika Serikat dan sebelum varian baru muncul di Inggris.

Tujuan utama J&J adalah pencegahan corona sedang hingga parah, dan vaksin tersebut memiliki efektifitas hingga 85 persen dalam menghentikan penyakit parah dan mencegah rawat inap di semua wilayah dan terhadap berbagai varian, 28 hari setelah imunisasi.

"Hal ini berpotensi melindungi ratusan juta orang dari hasil serius dan fatal virus corona," kata Paul Stoffels, kepala ilmuwan J&J, dalam sebuah pernyataan dengan hasil yang didasarkan pada 468 kasus gejala, seperti dikutip ZonaPriangan.com dari NDTV.

Baca Juga: Hasil Kekebalan Rendah, Merck Hentikan Produksi Vaksin Virus Corona

J&J berencana untuk mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat minggu depan.

Dikatakan, pihaknya berencana untuk memberikan 1 miliar dosis pada 2021 dan akan memproduksi vaksin di Amerika Serikat, Eropa, Afrika Selatan dan India.

Pejabat kesehatan masyarakat telah mengandalkan vaksin J&J untuk meningkatkan pasokan yang sangat dibutuhkan dan menyederhanakan kampanye imunisasi Amerika Serikat.

Baca Juga: Starbucks Bakal Percepat Distribusi Vaksin Covid-19 untuk 45 Ribu Orang per Hari

Amerika Serikat memiliki kesepakatan untuk membeli 100 juta dosis vaksin J&J dan opsi untuk tambahan 200 juta.

J&J mengatakan vaksin akan siap segera setelah persetujuan darurat, tetapi Stoffels menolak menyebutkan berapa banyak dosisnya.

"Saat ini, perlindungan dan vaksin tambahan apa pun bagus," kata Walid Gellad, profesor asosiasi kebijakan kesehatan di University of Pittsburgh.

Baca Juga: Stres Bisa Menurunkan Efektivitas Vaksin, Solusinya Berolahraga dan Cukup Tidur

"Varian virus dari Afrika Selatan masih jarang terjadi di Amerika Serikat dan jelas kami ingin melihat kemanjuran yang lebih tinggi, tetapi kuncinya bukan hanya kemanjuran secara keseluruhan tetapi secara khusus kemanjuran melawan penyakit parah, rawat inap, dan kematian," tambah Gellad.

Tidak ada penerima vaksin dalam uji coba J&J yang meninggal karena virus corona, dibandingkan dengan 5 kematian pada kelompok plasebo, menurut National Institutes of Health (NIH).

NIH mengatakan ada tiga kematian dalam kelompok vaksin secara keseluruhan, tetapi tidak ada yang dipastikan berasal dari virus. Dibandingkan dengan 16 kematian secara keseluruhan di kelompok plasebo.

Baca Juga: 21 Tokoh di Jabar Tunda Suntik Vaksin Covid-19, Ada Apa Ya?

Tidak seperti vaksin Pfizer dan Moderna, vaksin J&J tidak memerlukan suntikan kedua, sepekan setelah suntikan pertama atau harus dibekukan, menjadikannya kandidat kuat untuk digunakan di belahan dunia, yang menjadi masalah adalah soal transportasi dan penyimpanan dalam suhu dingin.

Beberapa penelitian telah muncul bulan ini yang menunjukkan bahwa varian Afrika Selatan telah bermutasi di area virus yang merupakan target utama vaksin, mengurangi kemanjurannya.

"Apa yang kami pelajari adalah ada kemanjuran yang berbeda di berbagai belahan dunia," kata Stoffels kepada Reuters.

Baca Juga: Selama Pandemi Covid-19, Slank Tak Mau Ketinggalan Ciptakan Vaksin

Dalam sub-studi terhadap 6.000 sukarelawan di Afrika Selatan, Stoffels mengatakan, vaksin J&J 89 persen efektif dalam mencegah penyakit parah.

Saat ujicoba di Afrika Selatan, 95 persen kasus adalah infeksi dengan varian Afrika Selatan.

"Saya kewalahan dengan kenyataan bahwa vaksin ini melindungi dari penyakit parah bahkan di Afrika Selatan," kata Glenda Gray, ketua peneliti gabungan dari uji coba vaksin Afrika Selatan.

Baca Juga: Cek Fakta: Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Prajurit TNI Ini Langsung Meninggal Dunia

Gray, yang merupakan kepala eksekutif dari Dewan Riset Medis Afrika Selatan, mengatakan sejauh ini vaksin terbaik bagi Afrika Selatan untuk melawan strain mutan dan dapat mencegah sejumlah besar rawat inap dan kematian.

Uji coba tahap menengah dari vaksin virus corona Novovax di Afrika Selatan juga menunjukkan kemanjuran yang lebih rendah, terbukti tingkat efektifitasnya hanya 60 persen diantara sukarelawan yang tidak memiliki HIV. Dalam uji coba tahap akhir yang terpisah di Inggris, hasilnya 89,3 persen efektif.

Dalam uji coba J&J yang dilakukan di delapan negara, 44 persen partisipan berasal dari Amerika Serikat, 41 persen dari Amerika Tengah dan Selatan, dan 15 persen dari Afrika Selatan. Lebih dari sepertiga relawan berusia di atas 60 tahun.

Baca Juga: Waduh, Reaksi Alergi terhadap Vaksin Corona Bisa Saja Terjadi, Tapi Dokter di Amerika Bilang Ini

Vaksin J&J menggunakan virus flu biasa untuk memasukkan protein virus corona ke dalam sel tubuh dan memicu respons imun, sedangkan vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna menggunakan teknologi baru yang disebut messenger RNA (mRNA).

Berita tentang vaksin lain yang aman dan efektif datang ketika Amerika Serikat telah melampaui 430.000 kematian akibat virus corona dan dengan rumah sakit di banyak negara bagian yang berjuang untuk mengimbangi pasien, meskipun terjadi penurunan infeksi baru baru-baru ini.***

Editor: Yurri Erfansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah