Adik Perempuan Pemimpin Korea Utara: Amerika Serikat akan Menghadapi 'Kekecewaan' jika Berharap ada Dialog

- 23 Juni 2021, 09:40 WIB
 Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika Serikat salah menafsirkan kesediaan Korea Utara untuk berdialog dan akan menghadapi "kekecewaan."
Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika Serikat salah menafsirkan kesediaan Korea Utara untuk berdialog dan akan menghadapi "kekecewaan." /UPI/Jorge Silva/EPA-EFE

ZONA PRIANGAN - Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengatakan dalam sebuah pernyataan Selasa bahwa Amerika Serikat telah salah menafsirkan tanda-tanda baru-baru ini bahwa Pyongyang sedang mencari dialog dengan Washington.

Pada sesi pleno Partai Buruh Korea yang berkuasa pekan lalu, Kim Jong Un mengatakan bahwa Korea Utara harus "siap untuk dialog dan konfrontasi" dengan Amerika Serikat - sebuah komentar yang oleh penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan disebut sebagai "sinyal yang menarik" dalam wawancara ABC News pada hari Minggu.

Dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola pemerintah, Kim Yo Jong mengatakan dia telah mendengar tentang pernyataan Sullivan.

Baca Juga: 'Ikatan Cinta' 23 Juni 2021: Elsa Berniat Lari dari Panti Asuhan, Rendy Terluka Al Murka dan Melabrak Ricky

"Pepatah Korea mengatakan bahwa 'Dalam mimpi, yang paling penting adalah membacanya, bukan memilikinya,'" katanya. "Tampaknya AS dapat menafsirkan situasi sedemikian rupa untuk mencari kenyamanan bagi dirinya sendiri."

"Harapan, yang mereka pilih untuk disimpan dengan cara yang salah, akan menjerumuskan mereka ke dalam kekecewaan yang lebih besar," tambahnya, seperti dikutip ZonaPriangan dari laman UPI.com, 22 Juni 2021.

Pernyataannya datang ketika utusan khusus AS untuk Korea Utara, Sung Kim, melanjutkan perjalanan lima hari ke Seoul, yang dimulai pada hari Sabtu.

Baca Juga: Situasi Pangan Buruk, Kim Jong Un Perintahkan Ribuan Ibu-Ibu Keluar Rumah untuk Pergi ke Sawah

Pada hari Senin, diplomat itu mengatakan pejabat pemerintahan Biden bersedia bertemu dengan negosiator Pyongyang "di mana saja, kapan saja tanpa prasyarat."

Pemerintah mengatakan akan mengambil "pendekatan yang terkalibrasi dan praktis" terhadap Korea Utara "yang terbuka untuk dan akan mengeksplorasi diplomasi."

Negosiasi nuklir dengan Korea Utara telah terhenti sejak pertemuan puncak Februari 2019 antara AS saat itu. Presiden Donald Trump dan Kim Jong Un gagal menghasilkan kesepakatan.

Baca Juga: Lucu, Hotel dengan Layanan Boneka Seks Pertama di China Disegel Polisi dengan Pelanggan Masih Berada di dalam

Korea Utara telah mencari konsesi seperti pelonggaran sanksi internasional sebagai imbalan untuk mengambil langkah-langkah menuju pembongkaran persenjataan nuklirnya, sementara Amerika Serikat berpegang teguh pada denuklirisasi lengkap terlebih dahulu.

Pada hari Senin, Presiden Joe Biden memperpanjang sanksi terhadap Pyongyang untuk satu tahun lagi dengan memperbarui perintah eksekutif yang pertama kali ditandatangani pada tahun 2008 oleh Presiden George W. Bush yang menyatakan ancaman Korea Utara sebagai keadaan darurat nasional.

“Keberadaan dan risiko proliferasi senjata, bahan fisil yang dapat digunakan di Semenanjung Korea dan tindakan serta kebijakan pemerintah Korea Utara terus menimbulkan ancaman yang tidak biasa dan luar biasa terhadap keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan ekonomi Amerika Serikat," tulis Biden dalam sebuah surat kepada Kongres.***

 

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: UPI.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x