Taliban Berusaha Meyakinkan AS, Soal Hak dan Perlindungan Wanita Afghanistan Sejauh Hukum Islam

- 18 Agustus 2021, 11:16 WIB
Warga sipil Afghanistan berkumpul di sekitar bandara di Kabul, Afghanistan, Senin.
Warga sipil Afghanistan berkumpul di sekitar bandara di Kabul, Afghanistan, Senin. /UPI/Bashir Darwish

Ketika Taliban memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001, perempuan tidak bisa bersekolah, dipaksa untuk menutupi dari kepala sampai kaki dan hanya bisa meninggalkan rumah dengan pengawalan laki-laki.

Selasa, kelompok itu tampaknya memberi sinyal bahwa segala sesuatunya akan berubah.

Baca Juga: Taliban Temukan Kantong-kantong Heroin di Kantor Polisi, Kota Kabul Berubah Total

"[Perempuan] akan bekerja dengan kami, bahu-membahu dengan kami, dan komunitas internasional," kata Mujahid. "Jika mereka memiliki kekhawatiran, kami ingin meyakinkan mereka bahwa tidak akan ada diskriminasi terhadap perempuan, tetapi tentu saja dalam kerangka yang kami miliki."

Dalam nada yang sama, Mujahid juga bersumpah kebebasan pers selama wartawan tidak bekerja melawan "nilai-nilai Islam."

“Tidak boleh ada yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dalam kegiatan media, oleh karena itu nilai-nilai Islam harus diperhitungkan dalam kegiatan media,” tambahnya. "[Media] seharusnya tidak bekerja melawan nilai-nilai nasional, melawan persatuan nasional."

Baca Juga: Kura-kura Berkepala Dua Ditemukan di Pantai Carolina Utara

Evakuasi

Sementara itu, mantan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh mengatakan pada hari Selasa bahwa dia sekarang adalah "presiden sementara yang sah" negara itu tanpa kehadiran Presiden Ashraf Ghani, yang melarikan diri tepat sebelum Taliban tiba di Kabul.

"Saya saat ini berada di dalam negara saya [dan] adalah presiden sementara yang sah," kata Saleh di Twitter. "[Saya] menjangkau semua pemimpin untuk mengamankan dukungan dan konsensus mereka."

Halaman:

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: UPI.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah