Ketegangan telah membara di ibu kota Sudan Khartoum selama lebih dari sebulan ketika para aktivis pro-militer dan pro-demokrasi mengadakan demonstrasi terpisah.
Para pengunjuk rasa pro-militer meminta angkatan bersenjata untuk menggulingkan pemerintah.
Para aktivis dilaporkan turun ke jalan karena perpecahan dalam koalisi yang menggulingkan mantan pemimpin otokratis negara itu Omar al-Bashir pada 2019.
Beberapa elemen koalisi merasa bahwa mereka tidak terwakili dengan baik di Pemerintah, kata sebuah laporan.
Belum jelas siapa yang berada di balik kudeta terbaru. Asosiasi Profesional Sudan, salah satu kelompok aktivis utama, meminta para pendukung untuk memobilisasi setelah apa yang disebutnya penangkapan anggota kabinet.
"Kami mendesak massa untuk turun ke jalan dan menduduki mereka, menutup semua jalan dengan barikade, melakukan pemogokan buruh umum, dan tidak bekerja sama dengan para putschist dan menggunakan pembangkangan sipil untuk menghadapi mereka," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan di Facebook.
Bandara Khartoum sekarang ditutup dan penerbangan internasional telah ditangguhkan, lapor BBC.
Seorang saksi mata Reuters melihat pasukan gabungan dari militer dan dari Pasukan Pendukung Cepat paramiliter yang kuat ditempatkan di jalan-jalan di Khartoum.