Krisis Udara di Delhi Menyebabkan Sekolah Ditutup, Tapi Belum Diterapkan 'Lockdown'

- 15 November 2021, 09:00 WIB
Krisis udara di Delhi menyebabkan sekolah ditutup.
Krisis udara di Delhi menyebabkan sekolah ditutup. /NDTV.com

ZONA PRIANGAN - Sekolah-sekolah di Delhi akan beralih ke kelas online mulai Senin, semua kegiatan konstruksi akan ditutup, dan kantor-kantor pemerintah pun akan bekerja dari rumah.

Hal itu terungkap ketika Ketua Menteri Arvind Kejriwal mengeluarkan pernyataan resmi pada Sabtu, 13 November 2021 saat ibu kota negara tengah memerangi kabut asap beracun yang telah menyelimuti kota selama lebih dari sepekan.

Perintah WFH diberlakukan untuk kantor pemerintahan selama tujuh hari.

Baca Juga: Refly Harun: Selain Formula E, Anies Baswedan Diincar DP Nol Persen Padahal Peristiwa Pidananya Tidak Ada

Namun, pekerjaan konstruksi, di antara yang berkontribusi terhadap debu dan polutan mikroskopis di udara, hanya akan ditutup selama empat hari dari 14 hingga 17 November, kata Ketua Menteri.

Rencana pengendalian polusi empat langkah Kejriwal, yang mencakup rencana 'lockdown' untuk seluruh kota, muncul beberapa jam setelah Mahkamah Agung menuntut pemerintah pusat dan di Delhi untuk memprioritaskan tanggap darurat daripada upaya jangka panjang untuk mengatasi masalah tersebut.

"Selama seminggu dari Senin dan seterusnya, sekolah akan ditutup secara fisik (mereka dapat melanjutkan secara virtual) sehingga anak-anak tidak perlu menghirup udara yang tercemar. Kegiatan konstruksi tidak akan diizinkan antara 14 dan 17 November," kata Kejriwal kepada wartawan, dikutip ZonaPriangan.com dari NDTV, Sabtu 13 November 2021.

Baca Juga: Seorang Pria Tewas Setelah Menyelamatkan Orang yang Hendak Bunuh Diri di Rel Kereta Cepat Metro Moskow

"Kantor pemerintah akan beroperasi dari rumah (WFH) dengan kapasitas 100 persen selama seminggu. Kantor swasta akan dikeluarkan imbauan untuk memilih opsi WFH sebanyak mungkin," katanya.

Delhi dan daerah sekitarnya, termasuk Gurgaon, Noida dan Ghaziabad, telah diselimuti udara tercemar yang mematikan selama lebih dari tujuh hari, dimulai sejak perayaan Diwali pada pekan lalu.

Sebelum, selama dan setelah perayaan Diwali, ribuan orang di daerah ini dan daerah lainnya membakar petasan dan itu melanggar larangan dari pemerintah Delhi, Haryana, dan Uttar Pradesh, yang berkontribusi besar terhadap penurunan kualitas udara yang mengejutkan.

Baca Juga: Kate Middleton Mengenakan Perhiasan Putri Diana, Cocok Memimpin Kerajaan Inggris Bersama Pangeran William

Menurut Dewan Pengendalian Polusi Pusat, pada pukul 18.30, AQI keseluruhan di Delhi adalah 427.

Pembacaan AQI lebih dari 400 dianggap 'parah' atau 'berbahaya'. Pada tingkat ini, udara yang tercemar memiliki konsentrasi partikel PM2.5 yang tinggi dan ini dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan pernapasan seperti kanker paru-paru.

Tingkat kualitas udara di Delhi juga telah dipengaruhi oleh para petani di daerah terdekat yang membakar jerami, masalah tahunan lainnya yang meningkatkan polutan di atmosfer.

Baca Juga: Elon Musk Menjual Saham Tesla Senilai $6,9 Miliar pada Pekan Ini

"Anda lihat betapa buruk situasinya.... bahkan di rumah kami, kami memakai masker. Beri tahu kami, bagaimana Anda berencana mengambil tindakan darurat. 'Lockdown' dua hari? Apa rencana Anda untuk menurunkan AQI?" kata Ketua Hakim NV Ramana.

Bahkan pemerintah negara bagian pun mengakui bahwa kondisi udara di Delhi memang dalam situasi gawat.

"Menghirup udara Delhi seperti merokok 20 batang sehari," kata pemerintah negara bagian mengakui di pengadilan.

Baca Juga: Conor McGregor Diledek Sebagai Pecundang dan Pemabuk, Jake Paul Tantang Petarung UFC itu Berlaga dalam Ring

"Kami setuju dengan gawatnya situasi," tambahnya.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x