ZONA PRIANGAN - Kerusuhan anti-China di ibu kota Honiara Kepulauan Solomon banyak melibatkan masa dari Pulau Malaita, lapor media lokal.
Sementara Distrik Chinatown yang dijarah dan dibakar pengunjuk rasa berada di Pulau Guadalcanal.
Jadi, selain ada kebencian terhadap China, kerusuhan itu bisa jadi dihangatkan oleh persaingan antar-etnis.
Perdana Menteri Malaita, Daniel Suidani sering berselisih dengan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare.
Daniel Suidani menuduh Manasseh Sogavare terlalu dekat dengan Beijing. Sogavare kemudian memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Suidani mengatakan dia tidak bertanggung jawab atas kerusuhan di Honiara, tetapi mengatakan kepada Solomon Star News bahwa dia setuju dengan seruan agar Sogavare mengundurkan diri.
Baca Juga: Kerusuhan Anti-China di Solomon, Salah Satunya Dipicu Tenaga Lokal Tidak Terserap Perusahaan China
Sebelumnya, Manasseh Sogavare merasa kecewa banyak investasi Amerika Serikat dan Taiwan langsung dialokasikan ke Pulau Malaita tanpa melalui pemerintah pusat.
Melihat kenyataan itu, Sogavare mengambil kebijakan merapat ke China dan meninggalkan Taiwan.
Namun, kebijakan itu memunculkan kekecewaan warga Solomon, apalagi sejumlah perusahaan China tidak menampung pekerja warga lokal.
Baca Juga: Pembakaran Distrik Chinatown di Kepulauan Solomon Dipicu Keluhan Warga Pulau Malaita
Dikutip ABC News, nama Kepulauan Solomon cukup terkenal pada Perang Dunia II.
Kepulauan Solomon, sekitar 1.500 kilometer (1.000 mil) timur laut Australia, adalah tempat pertempuran berdarah selama Perang Dunia II.
Setelah dikuasai oleh Jepang, Marinir AS mendarat di pulau Guadalcanal pada Agustus 1942 untuk membuka kampanye merebut kembali kendali.
Baca Juga: Manasseh Sogavare: Pembakar Distrik Chinatown Tidak Bisa Menunjukkan China atau Taiwan di Peta
Mereka berhasil, meskipun pertempuran di dalam dan sekitar Kepulauan Solomon berlanjut hingga akhir perang.***