Beberapa bagian dari Hebei, Henan dan Shandong telah menghadapi kondisi seperti kekeringan sepanjang Juni, karena suhu tinggi tiba lebih awal pada musim panas ini daripada tahun-tahun sebelumnya.
Saat gelombang panas melanda China utara dan tengah, hujan lebat turun di tujuh provinsi di selatan, termasuk Guangdong, negara terpadat di negara itu.
Pada hari Rabu, 113 sungai di China membanjiri di atas tingkat peringatan, dengan tujuh di atas tingkat historis, kata televisi pemerintah mengutip kementerian sumber daya air.
Di Guangdong, departemen manajemen darurat provinsi mengatakan hujan lebat telah berdampak pada 479.600 orang, 27,13 hektar tanaman dan meruntuhkan 1.729 rumah, mengakibatkan kerugian ekonomi 1,756 miliar yuan atau sekitar Rp3,8 triliun, seperti dilaporkan kantor berita pemerintah Xinhua.
Penduduk di Yingde, sebuah kota di Guangdong di mana peringatan banjir telah ditingkatkan ke Level I, mengatakan di media sosial bahwa air dan listrik telah padam karena daerah itu banjir.
Baca Juga: MG Semakin Menancapkan Pengaruh di Pasar Otomotif Tanah Air
China memiliki sistem peringatan empat tingkat di mana Level I menandakan banjir paling parah.
"Air datang sangat cepat, dan saya yakin banyak yang belum menyiapkan bahan makanan di rumah mereka," kata seorang pengguna di mikroblog China Weibo yang mirip Twitter.
Toko-toko kehabisan makanan pokok seperti minyak dan beras karena penduduk bergegas menimbunnya, kata seorang penduduk setempat kepada Reuters.