ZONA PRIANGAN - Dunia menyaksikan salah satu bencana paling mematikan yang terjadi sembilan belas tahun lalu. Gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004 menewaskan lebih dari 230.000 jiwa di Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, dan sembilan negara lainnya. Pada pagi setelah Natal tahun 2004, gempa bumi berkekuatan 9,1 magnitudo di sebelah utara pulau Sumatra memicu tsunami dengan gelombang setinggi 17,4 meter yang melanda daerah pesisir yang rentan di beberapa negara.
Peristiwa ini juga dikenal sebagai gempa Sumatra-Andaman atau tsunami Hari Natal. Menurut laporan CNN, getaran begitu kuat sehingga ini adalah salah satu kejadian langka ketika seluruh dunia berguncang dan tidak ada area di Bumi yang tetap diam.
"Secara global, gempa bumi ini cukup besar yang pada dasarnya membuat seluruh planet bergetar sebanyak setengah inci, atau satu sentimeter. Di mana pun kita memiliki instrumen, kita bisa melihat gerakan," kata Charles Ammon, Profesor Asosiasi Ilmu Bumi di Universitas Penn State, pada waktu itu, dikutip ZonaPriangan.com dari NDTV.
Baca Juga: Gempa Terkini Magnitudo 5,6 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami
Menurut Reuters, setelah tsunami, jumlah korban terus meningkat, dan mayat berserakan di jalan-jalan, menunggu untuk dievakuasi. Rumah sakit dan kamar mayat kesulitan mengatasi korban yang terluka dan bingung serta mayat yang membengkak.
Di Indonesia, tsunami menelan sebagian besar garis pantai, mengungsi sekitar 570.000 orang, dan menghancurkan 179.000 rumah dan bangunan.
Sementara itu, di India, sekitar 10.000 orang meninggal, sebagian besar perempuan dan anak-anak di Chennai.
Baca Juga: Peringatan Tsunami Dicabut setelah Gempa Berkekuatan 7,3 Skala Richter Melanda Wilayah Tonga