Di Kadipaten, Masjid Peninggalan Sunan Gunung Jati Ini Suara Bedugnya Terdengar Hingga 3 Kilometer

3 April 2022, 16:53 WIB
Masjid Darussalam, Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka.* /zonapriangan.com /Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Masjid Darussalam, Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka dipercaya sebagai masjid tertua di Kabupaten Majalengka.

Dari catatan sejarah, Masjid Darussalam didirikan di abad ke-14 oleh utusan Sunan Gunung Jati, Cirebon.

Masjid tersebut kini sudah mengalami penambahan bangunan ke arah samping kiri dan kanan selebar masing-masing kurang lebih 5 meter.

Baca Juga: Setan Khanzab Bertugas Menggoda Umat Muslim saat Shalat, Ini 5 Ciri-cirinya

Sementara bagian depan Masjid Darussalam ada perombakan bangunan dan penambahan luar sekira 7 meter.

Menurut keterangan imam masjid yang juga sesepuh desa setempat Wahdiat (70), saat pertama didirikan Masjid Darussalam hanya berukuran 7 X 6,5 meter.

Wahdiat mengungkapkan, di bagian dalam masjid ditopang 4 tiang jati masing-masing berdiameter 20 cm setinggi kurang lebih 5 meter.

Baca Juga: Iblis Kirim Setan Tibbir agar Manusia Gemar Caci Maki dan Utus Syabru yang Mendorong Perusakan

Sebagai dudukan tiang ada tembok setinggi kurang lebih 2,5 m yang kini sudag dilapis keramik untuk memperkuat tiang, yang konon dulunya bata merah tanpa lepahan semen.

Yang asli dari Masjid Darussalam, sekarang tinggal empat tiang jati, galar serta memolo. Memolo terbuat dari tanah liat itu kini masih utuh dan kuat.

"Sempat rusak bagian kepingannya karena terbentur tapi kemudian di lem kembali dengan semen," ungkap Wahdiat yang didampingi Idris, penjaga kebersihan.

Baca Juga: Iblis Pasti Takut, Begini Cara Menusuk Mata dan Memukul Kepala Iblis

Selain tiang yang masih terjaga keasliannya ada bedug yang disimpan di samping masjid bersama kohkol.

Bedung berdiameter 1 meteran ini hanya berganti kulit yang dilakukan sekitar lima tahun sekali.

Peninggalan lainnya yang masih asli dan tersisa ada 28 tumbak besi sebagian bergagang kayu jati serta kursi yang konon dulunya selalu dipergunakan duduk oleh Ki Gedeng Sawit utusan Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut.

Baca Juga: Iblis Ternyata Punya Kelemahan, dengan Melakukan Ini maka Tubuh Iblis Akan Terbelah

Kursi tersebut hingga sebelum Tahun 1980 terkadang dipergunakan untuk menyumpah warga yang menjalani kesalahan namun tidak bersedia mengakui kesalahannya.

Konon jika ada yang bersalah disumpah sambil menduduki kursi tersebut, jika sudah duduk dan disumpah namun tetap tidak mengakui maka yang bersangkutan akan sulit beranjak atau menempel di kursi atau rapet.

Hanya sejak Tahun 1980 sumpah kursi Ki Gedeng Sawit ditiadakan. Dan kini semua barang peninggalan disimpan di sebuah ruangan khusus samping mimbar.

Baca Juga: Iblis Menjadikan Pasar Sebagai Masjid Setan dan Sering Nimbrung saat Suami Istri Berhubungan Intim

Hanya di bulan Maulud barang dicuci dan siangnya warga melaksanakan asrakalan serta malam melakukan pengajian dengan penceramah dari luar daerah.

Bedug dan kohkol setiap waktu shalat ditabuh, suaranya mengegelegar terdengar seluruh wilayah desa.

Bahkan katanya ketika musim angin besar suara bedug dan kohkol ini bisa terdengar hingga ke jembatan Monjot yang jaraknya kurang lebih 3 km.

Baca Juga: Saat Remaja Pacaran di Tempat Sepi, Pasti Ada Orang Ketiga yang Bernama A'war

Cara memukul bedug dan kohkol tersebut untuk waktu shalat subuh dan duhur serta shalat Jumat dilakukan berbeda dari waktu shalat lainnya.

“Upami subuh, lohor sareng shalat Jumat cara nakolna dideregdegkeun tilu kali, tengahnya sami dug, dug, dug tilu kali. Upami shalat asar, magrib sareng isa mah kohkol nu seueur ditakolna, bedugna nyelang tina kohkol, di tengah-tengah,” ungkap Wahdiat,

Dulu ketika masjid masih asli bagian samping kiri atau sebelah selatan adalah kolam dan bagian utara tempat wudlu serta sumur dan bak berukuran besar sekitar 2 X 2 m.

Baca Juga: Ini 3 Perkara yang Harus Dilakukan Saat Menguap agar Tidak Menjadi Teman Setan

Sumur tersebut menggunakan timba dari kayu. Hanya di tahun 1990 kolam dan sumur diuruk untuk perluasan masjid namun tak mengubah bangunan asli yang terbuat dari bata yang disebut Wahdiat bata lima.

Namun bata tersebut hanya setinggi kurang lebih 50 cm tidak dilepah dan bagian atasnya tetap terbuka walaupun bangunan atapnya sangat tinggi.

“Sekarang batanya dilepah dan dikeramik,” katanya.

Saat ini kegiatan di Masjid Darussalam setiap Kamis malam dilaksanakan pengajian rutin laki-laki dan perempuan selain shalat lima aktu dan shalat Jumat.

Baca Juga: Ada Tujuh Pintu Neraka, Ketika Mendengar Nomor 7 Nabi Muhammad SAW Langsung Pingsan

Di saat bulan Ramadhan dipergunakan shalat tarawih dan tadarusan hingga pukl 22.00 WIB.

Bagi yang melaksanakan takjil di masjid disiapkan aneka makanan ringan yang dibuat oleh keluarga imam masjid Wahdiat.

“Kalau bulan puasa ada yang suka sodakoh hingga akhir bulan, uangnya dipergunakan untuk takjil, katanya ngalap ganjaran, ada sekitar 25 orang yang biasa takjil di masjid dilanjutkan solat magrib berjamaah,” ungkap Wahdiat.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler